STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Astra International Tbk (ASII) mencatatkan pendapatan bersih konsolidasian pada tahun 2023 sebesar Rp316,565 triliun, meningkat 5% dibandingkan dengan tahun 2022 sebesar Rp301,379 triliun.
Sementara laba bersih Grup, tidak termasuk penyesuaian nilai wajar atas investasi Grup di GoTo dan Hermina, mencapai laba bersih tertinggi perusahaan sebesar Rp33,998 triliun, lebih tinggi 12% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2022 sejumlah Rp30,488 triliun.
“Jika penyesuaian nilai wajar tersebut diperhitungkan, maka laba bersih Grup meningkat 17% menjadi Rp33,839 triliun pada 2023, dari Rp28,944 triliun pada 2022. Kenaikan laba bersih ini merefleksikan peningkatan kinerja dari hampir seluruh divisi bisnis Grup, terutama bisnis otomotif dan jasa keuangan,” ujar Djony Bunarto Tjondro, Presiden Direktur ASII dalam keterangan pers, Selasa (27/2/2024).
Djony mengemukakan, nilai aset bersih per saham pada 31 Desember 2023 sebesar Rp4.907, meningkat 3% dibandingkan posisi pada 31 Desember 2022. Kas bersih, tidak termasuk anak perusahaan jasa keuangan Grup, mencapai Rp29 miliar pada 31 Desember 2023, dibandingkan dengan Rp35,1 triliun pada 31 Desember 2022.
Lebih jauh, Djony menjelaskan, selain dividen yang lebih tinggi yang dibagikan pada bulan April 2023, belanja modal dan investasi konsolidasian Grup pada tahun 2023 meningkat dua kali lipat menjadi Rp45,9 triliun, terutama disebabkan oleh investasi PT United Tractors Tbk (UT) di sektor nikel dan energi terbarukan sebagai bagian dari rencana transisinya.
UT juga mengeluarkan belanja modal yang lebih tinggi untuk penggantian alat berat pascapandemi sejalan dengan peningkatan aktivitas bisnisnya. Utang bersih anak perusahaan Grup di divisi jasa keuangan meningkat menjadi Rp52,2 triliun pada 31 Desember 2023, dari Rp44,5 triliun pada akhir tahun 2022, sejalan dengan pertumbuhan penyaluran kredit sepeda motor.
“Dividen final sebesar Rp421 per saham untuk tahun buku 2023 (Rp552 per saham pada 2022) akan diusulkan pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Perseroan pada bulan April 2024,” katanya.
Menurut Djony, dividen final yang akan diusulkan tersebut, bersama dengan dividen interim sebesar Rp98 per saham (Rp88 per saham pada 2022) yang dibagikan pada bulan Oktober 2023, akan menjadikan total dividen yang diusulkan untuk tahun 2023 menjadi Rp519 per saham (Rp640 per saham pada 2022), dengan rasio pembayaran dividen sebesar 62% (berdasarkan laba bersih Grup sebesar Rp34,0 triliun, tidak termasuk penyesuaian nilai wajar atas investasi di GoTo dan Hermina). Rasio tersebut lebih tinggi dari rata-rata rasio pembayaran dividen historis Perseroan.
Usulan Direksi atas dividen final tersebut didasarkan pada kinerja yang sangat baik dan harga batu bara yang masih tinggi pada paruh pertama tahun 2023, yang mencerminkan pemulihan yang terus berlanjut pascapandemi, yang memungkinkan Perseroan untuk mengembalikan sebagian excess capital kepada pemegang saham. Perseroan tetap yakin dengan potensi pertumbuhan jangka panjang dan kapasitas neracanya untuk terus melakukan investasi guna mendukung prioritas strategisnya.