STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Bank Indonesia (BI) mencatat peningkatan rasio kredit bermasalah (NPL) untuk segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) pada Mei 2024. Menurut data BI, NPL UMKM mencapai 4%, naik dibandingkan awal tahun.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) mengakui peningkatan ini. Namun, Direktur Utama BBRI, Sunarso, menegaskan bahwa NPL UMKM BRI masih lebih rendah dari rata-rata industri perbankan nasional. “NPL UMKM BRI saat ini berada di angka 3,05%, jauh di bawah rata-rata 4% untuk sektor ini,” jelas Sunarso dalam keterangan pers daring di Jakarta, Kamis (25/7/2024).
Sunarso menekankan perbaikan signifikan dalam kualitas kredit BRI. Rasio loan at risk turun dari 14,94% pada akhir triwulan dua 2023 menjadi 12% pada akhir triwulan kedua 2024. Rasio NPL terjaga di kisaran 3,05% dengan rasio coverage NPL mencapai 211,6%. “Ini menunjukkan bahwa pengelolaan kredit kami, terutama untuk UMKM yang penuh tantangan, mampu kami kelola dengan baik,” tambahnya.
Dari total kredit BRI sebesar Rp1.336,78 triliun pada semester pertama 2024, mayoritas penyaluran pembiayaan dikucurkan untuk segmen UMKM. “Segmen UMKM masih mendominasi penyaluran kredit kami dengan kontribusi mencapai 81,96% atau sekitar Rp1.095,64 triliun,” ujar Sunarso.
BRI menerapkan strategi selektif dalam penyaluran kredit UMKM. “Kami tidak memaksakan pertumbuhan. Kami lebih memilih untuk tumbuh dengan hati-hati dan selektif,” jelas Sunarso.
Strategi BRI meliputi tiga langkah utama. Pertama, memperketat kriteria risiko dan panduan portofolio pinjaman. Kedua, melakukan restrukturisasi kredit bagi nasabah yang membutuhkan kelonggaran. “Jika tidak bisa direstrukturisasi, kami harus melakukan write-off. Namun, cadangan kami lebih dari dua kali lipat dari nilai NPL, jadi kami siap,” jelas Sunarso.
Langkah terakhir adalah fokus pada pemulihan kredit yang telah dihapus buku. BRI terus melakukan penagihan untuk meningkatkan recovery.
Dengan langkah-langkah ini, BRI berkomitmen menjaga kualitas kredit dan mengelola risiko dengan lebih baik di tengah tantangan ekonomi saat ini.