STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Sebanyak 687,100 juta saham PT Arsy Buana Travelindo Tbk (HAJJ) ditawarkan ke investor publik dalam Penawaran Umum Perdana (PUP) atau Initial Public Offering (IPO) saham pada 27 – 31 Maret 2023. Jumlah saham IPO tersebut sebesar 29,998% dari modal ditempatkan dan disetor HAJJ setelah IPO saham.
Dalam prospektus rencana IPO saham dikutip Senin (27/2), direksi HAJJ mengemukakan, penawaran awal saham HAJJ dimulai pada 24 Februari 2023 hingga 09 Maret 2023. Harga perdana HAJJ ditawarkan antara Rp140-145 per saham.
Direksi HAJJ mengemukakan, dari IPO saham, calon emiten di bidang jasa penyedia akomodasi perjalanan wisata itu akan memperoleh tambahan modal maksimal Rp99,63 miliar.
Bersamaan dengan IPO saham, Perseroan juga menerbitkan sebanyak 549,68 juta waran seri I. Setiap pemegang lima saham baru berhak memperoleh empat waran seri I. Setiap pemegang satu waran seri I berhak membeli satu saham baru dengan harga pelaksanaan Rp175 per unit.
Menurut Direksi HAJJ, sebesar 60% dana IPO saham untuk reservasi tiket pesawat. Sisanya 40% untuk reservasi slot kamar hotel. Sementara dana yang diperoleh dari pelaksanaan waran seri I akan digunakan seluruhnya untuk modal kerja HAJJ.
Saham HAJJ bernominal Rp30 per unit itu akan dicatatkan dan mulai diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 04 April 2023. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan menerbitkan pernyataan efektif untuk PUP HAJJ ini pada 21 Maret 2023.
Pendapatan bersih HAJJ per 30 September 2022 mencapai Rp189,73 miliar, meningkat 74.892,09%, dari Rp252,86 juta per 30 September 2021. Dari pendapatan tersebut, HAJJ berhasil membukukan laba bersih tahun berjalan sebesar Rp5,84 miliar per 30 September 2022. Jika dibandingkan periode sama 2021, HAJJ merugi Rp1,20 miliar.
Sementara ekutias bersih HAJJ meningkat 12,33%, dari Rp46,39 miliar per 31 Desember 2021 menjadi Rp52,11 miliar per 30 September 2022. Total liabilitas melambung 451,59%, dari Rp8,18 miliar menjadi Rp45,12 miliar, sementara total aset HAJJ meningkat sebesar 78,16% menjadi Rp97,24 miliar per 30 September 2022, dari Rp54,57 miliar per 31 Desember 2021.