STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Harga minyak dunia yang sempat terjun bebas akhirnya mulai stabil pada penutupan perdagangan Kamis (22/8/2024) waktu setempat atau Jumat pagi (23/8/2024) WIB. Stabilnya harga minyak ini dipicu oleh harapan bahwa Federal Reserve akan segera memangkas suku bunga, meskipun data ekonomi dari Amerika Serikat dan Tiongkok masih menunjukkan kelemahan.
Mengutip CNBC International, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September turun tipis 5 sen menjadi US$71,88 per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara itu, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober naik 3 sen menjadi US$76,08 per barel di London ICE Futures Exchange.
Kedua kontrak minyak tersebut mengalami penurunan lebih dari US$1 atau lebih dari 1% pada sesi perdagangan sebelumnya. Penurunan harga WTI pada Rabu kemarin bahkan mencapai level terendah sejak awal Februari. Faktor utama yang mendorong penurunan ini adalah revisi data pekerjaan di AS yang menunjukkan penurunan jumlah pekerjaan, serta data ekonomi yang lemah dari Tiongkok, ekonomi terbesar kedua di dunia.
Meski begitu, pada perdagangan Kamis, penurunan harga minyak mulai terhenti. Pasar kini lebih fokus pada potensi pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve yang diperkirakan akan terjadi dalam waktu dekat. Hal ini sejalan dengan pernyataan dari “mayoritas besar” pejabat The Fed yang menyatakan kemungkinan besar akan terjadi pemotongan suku bunga pada bulan September. Informasi ini diungkapkan dalam risalah pertemuan bank sentral AS yang berlangsung pada 30-31 Juli lalu.
Dalam catatan risetnya, ANZ Research menyebutkan, risalah pertemuan Fed menunjukkan bahwa pemotongan suku bunga sudah semakin dekat. Pelonggaran kebijakan moneter ini diharapkan dapat mendukung sentimen positif di pasar energi dan logam. Pemotongan suku bunga akan membuat biaya pinjaman menjadi lebih murah, yang pada akhirnya diharapkan mendorong aktivitas ekonomi dan meningkatkan permintaan akan minyak.
Selain faktor ekonomi, ketegangan geopolitik juga terus menjadi perhatian para investor. Di Timur Tengah, Presiden AS Joe Biden menekankan pentingnya mencapai kesepakatan gencatan senjata di Gaza dalam percakapannya dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. Negosiasi terkait hal ini akan segera dilakukan di Kairo dan dianggap krusial untuk mencapai kesepakatan tersebut.
Namun, kunjungan Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, ke Timur Tengah awal pekan ini belum menghasilkan kesepakatan antara Israel dan militan Hamas terkait gencatan senjata di wilayah Palestina. Ketegangan ini terus menambah ketidakpastian di pasar, yang membuat para investor terus waspada.
Pergerakan harga minyak ini menunjukkan betapa sensitifnya pasar terhadap berbagai faktor, baik itu ekonomi maupun geopolitik. Semua mata kini tertuju pada langkah selanjutnya dari Federal Reserve, yang diperkirakan akan sangat mempengaruhi pergerakan harga minyak ke depan.