STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Pendapatan bersih PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) pada Januari-September 2024 naik 14,7% menjadi US$2,56 miliar, dari US$2,23 miliar pada periode yang sama tahun 2023.
Sebesar US$2,02 miliar (78,72%) pendapatan GIAA pada Januari- September 2024 berasal dari penerbangan berjadwal, sedangkan US$291,15 juta dari penerbangan tidak berjadwal, dan lainnya sebesar US$253,93 juta.
Meski pendapatan naik, emiten jasa transportasi udara beraset US$6,5 miliar per September 2024 itu menderita kerugian US$131,22 juta pada Januari-September 2024, membengkak 81,29% dari US$72,38 juta pada periode sama 2023.
Kerugian GIAA di tengah kenaikan pendapatan, menurut laporan keuangan September 2024 yang dipublikasikan Kamis (31/10), disebabkan, antara lain, oleh kenaikan beban usaha sebesar 19,6% menjadi US$2,38 miliar pada Januari-September 2024, dari US$1,99 miliar pada Januari- September 2023. Beban terbesar GIAA dari operasional penerbangan yakni sebesar US$1,29 miliar.
Selain itu, kerugian GIAA pada sembilan bulan pertama 2024 juga dipicu oleh beban pemeliharaan dan perbaikan sebesar US$413,21 juta, serta keuangan US$374. Rugi sebelum pajak GIAA melonjak 43,68% menjadi US$148,06 juta pada Januari-September 2024, dari US$103,05 juta pada Januari-September 2023.
Per September 2024, total utang GIAA sebesar US$7,91 miliar, turun 1,16% dari US$8,01 miliar per Desember 2023. Ini terdiri atas utang jangka pendek sebesar US$1,24 miliar dan utang jangka panjang sebesar US$6,67 miliar. GIAA masih memiliki ekuitas negatif US$1,41 miliar per September 2024. (konrad)