STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Manajemen PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) optimistis kinerja keuangan Perseroan akan terus tumbuh hingga akhir tahun 2024. Menurut Presiden Direktur SSIA, Johannes Suriadjaja, perusahaan telah menyiapkan strategi untuk memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan.
Johannes menjelaskan, salah satu kunci keberhasilan SSIA adalah pengembangan Kawasan Industri Subang Smartpolitan di Jawa Barat. “Kami berharap tahap pertama proyek ini, seluas 400 hektare, akan selesai tahun depan,” ungkapnya, dalam acara public expose live di Jakarta, Kamis (29/8/2024). Kawasan ini juga telah menarik perhatian investor besar, termasuk BYD Motor Company Limited, produsen otomotif asal Cina yang berencana membangun pabrik perakitan kendaraan listrik (EV) di sana.
Johannes mengatakan, SSIA telah mencatatkan marketing sales sebesar 184 hektare dari proyek Subang Smartpolitan. “Ini merupakan pencapaian yang sangat signifikan dan belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah perusahaan,” imbuhnya.
Selain properti, sektor konstruksi SSIA juga menunjukkan performa yang kuat. Hingga Juli 2024, perusahaan telah memperoleh kontrak baru senilai Rp2,6 triliun, mencapai 90% dari target tahunan. “Keadaan di sektor konstruksi sangat baik, dan kami yakin bisa mencapai target tahun ini,” tambahnya.
Sektor perhotelan SSIA juga mencatat pemulihan yang luar biasa setelah terdampak pandemi COVID-19. Pada tahun 2023, pendapatan dari divisi perhotelan mencapai Rp930 miliar, melebihi angka sebelum pandemi. “Tahun ini kita sudah naik sekitar 10%, dan hingga akhir tahun diprediksi bisa mencapai sekitar Rp960 miliar,” tambah Johannes.
Pada 2024, SSIA menargetkan pendapatan sebesar Rp5,6 triliun. Adapun laba bersih Perseroan diproyeksikan mencapai Rp500 miliar. SSIA optimistis dapat mencapai target tersebut. Pasalnya, dalam pipeline SSIA saat ini masih banyak Perusahaan dari berbagai industri yang berminat untuk berinvestasi di Subang.
“Di pipeline kami, masih banyak industri yang ingin masuk, termasuk otomotif, alat berat, solar panel, building material, dan consumer goods. Kami harapkan tahun depan akan lebih baik lagi dengan banyaknya industri yang akan masuk ke Subang Smartpolitan,” tukas Johannes.
Johannes memaparkan, Indonesia kini berada pada momentum yang tepat untuk mendorong industrialisasi. Ia menekankan bahwa selama ini pertumbuhan ekonomi Indonesia banyak didorong oleh komoditas, namun kini saatnya beralih ke industrialisasi yang lebih berkelanjutan. “Indonesia harus siap menciptakan iklim investasi yang kondusif agar industrialisasi berjalan lancar,” tambahnya.
Geopolitik global dan perlambatan ekonomi di Cina juga menjadi faktor pendorong investor untuk melirik Asia Tenggara, khususnya Indonesia. “Cina saat ini sedang mencari pasar baru di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Kita harus siap memanfaatkan peluang ini,” jelas Johannes.
SSIA melihat tren positif ini sebagai kesempatan besar untuk menarik lebih banyak investor, terutama dari Cina. Johannes menyebutkan bahwa 90% dari pipeline investasi SSIA berasal dari Cina, dan sektor-sektor yang akan masuk pun sangat bervariasi, mulai dari alat perang, otomotif, building materials, hingga elektronik.