Senin, Maret 17, 2025
25.9 C
Jakarta

Wall Street Babak Belur! DJIA Ambruk Hampir 900 Poin, Nasdaq Alami Hari Terburuk Sejak 2022

STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Wall Street anjlok parah pada penutupan perdagangan Senin (10/3/2025) waktu setempat atau Selasa pagi (11/3/2025) WIB.

Mengutip CNBC International, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) di Bursa Efek New York merosot 890,01 poin atau 2,08% ke level 41.911,71. Indeks S&P 500 (SPX) melemah 155,63 poin atau 2,69% ke angka 5.614,56, menyentuh level terendah sejak September. Sementara itu, Indeks komposit Nasdaq (IXIC) yang didominasi saham teknologi, turun lebih dalam, anjlok 727,9 poin atau 4% ke posisi 17.468,32. Indeks ini mencatat penurunan harian terburuk sejak 2022.

Pasar saham mengalami tekanan besar setelah kekhawatiran resesi kembali mencuat. Investor khawatir ketidakpastian kebijakan tarif akan memperburuk ekonomi. Presiden Donald Trump bahkan tidak menampik kemungkinan resesi dalam wawancaranya akhir pekan lalu.

Aksi jual makin liar menjelang penutupan. Indeks utama sempat menyentuh titik terendahnya di tengah sesi, sebelum sedikit bangkit di akhir perdagangan.

Saham-saham teknologi yang sebelumnya mendominasi reli pasar justru menjadi biang kerok kejatuhan kali ini. Tesla ambruk 15%, mencetak hari terburuk sejak 2020. Alphabet dan Meta turun lebih dari 4%. Nvidia kehilangan 5%, sementara Palantir anjlok 10%.

Ketakutan investor dipicu oleh sinyal melemahnya ekonomi dalam beberapa pekan terakhir. Kondisi ini semakin diperburuk oleh pernyataan dari pemerintahan baru di AS. Menteri Keuangan Scott Bessent menyebut akan ada “periode detoks” dalam ekonomi seiring pemangkasan belanja pemerintah. Trump dalam wawancara dengan Fox News menegaskan dirinya fokus membangun negara, bukan memantau pergerakan saham.

“Apa yang harus saya lakukan adalah membangun negara yang kuat. Anda tidak bisa hanya melihat pasar saham,” kata Trump.

Goldman Sachs bahkan memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi karena dampak kebijakan tarif. Sam Stovall, Kepala Strategi Investasi di CFRA Research, menyebut aksi jual kali ini sebagai “koreksi yang dibuat-buat” akibat ketakutan terhadap kebijakan tarif baru.

“Koreksi ini benar-benar reaksi terhadap program tarif dari pemerintahan baru atau setidaknya ancaman tarif yang mereka buat, dan bagaimana dampaknya ke ekonomi,” ujar Stovall.

Sentimen negatif menyebar ke seluruh pasar. Indeks Volatilitas Cboe, yang mencerminkan tingkat ketakutan investor, melonjak ke level tertinggi sejak Desember. Bitcoin juga ikut anjlok di bawah US$80.000, sementara imbal hasil obligasi pemerintah AS turun.

Namun, ada sedikit titik terang. Beberapa saham defensif yang memiliki pendapatan stabil dan dividen tetap mengalami kenaikan. Mondelez dan Johnson & Johnson berhasil menutup hari dengan kenaikan tipis di tengah tekanan besar di pasar saham.

Artikel Terkait

Wall Street Ditutup Menguat! Dow Jones Melonjak 674 Poin, Tapi Masih Catat Pekan Terburuk Sejak 2023!

STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Wall Street melonjak tajam pada penutupan perdagangan...

Bursa Saham Eropa Menguat, DAX Jerman Melonjak Usai Kabar Kesepakatan Anggaran

STOCKWATCH.ID (LONDON) – Bursa saham Eropa menguat pada penutupan...

Bursa Asia Menguat, Saham China Pimpin Kenaikan

STOCKWATCH.ID (TOKYO) – Bursa saham Asia-Pasifik bergerak positif pada...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Anda tidak dapat copy content di situs ini