STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Harga minyak mentah dunia terbang tinggi lebih dari 1% pada penutupan perdagangan hari Senin (16/9/2024) waktu setempat atau Selasa pagi (17/9/2024) WIB. Badai Francine yang melanda Teluk Meksiko mengganggu produksi minyak Amerika Serikat, sehingga pasar minyak global mengalami tekanan tambahan. Kenaikan harga ini terjadi di tengah kecemasan investor yang menunggu keputusan suku bunga dari The Federal Reserve yang akan diumumkan minggu ini.
Mengutip CNBC International, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober ditutup naik tajam sebesar US$1,12 atau 1,63%, menjadi US$69,77 per barel, di New York Mercantile Exchange. Kenaikan ini didorong oleh dampak badai yang menghentikan hampir seperlima produksi minyak mentah dan 28% produksi gas alam di Teluk Meksiko.
Adapun harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November berakhir melesat 92 sen atau 1,28%, mencapai US$72,53 per barel, di London ICE Futures Exchange.
Matt Smith, analis utama minyak di Kpler, menyebutkan bahwa dampak badai lebih terasa pada sisi produksi minyak dibandingkan pengilangan. “Hal ini memberikan sentimen bullish pada pasar minyak,” ujarnya.
Namun, investor tetap berhati-hati menjelang keputusan suku bunga dari The Fed. Banyak yang memperkirakan pemotongan sebesar 50 basis poin, yang bisa mempengaruhi permintaan minyak di masa mendatang. Pemotongan suku bunga biasanya dapat memicu peningkatan aktivitas ekonomi, yang pada gilirannya meningkatkan permintaan energi. Namun, jika pemotongan lebih besar dari ekspektasi, hal ini bisa menandakan kelemahan ekonomi AS.
Sentimen pasar juga diperburuk oleh data ekonomi dari China yang menunjukkan penurunan dalam pertumbuhan produksi industri, penjualan ritel, dan harga rumah. Output kilang minyak di China juga turun untuk bulan kelima berturut-turut karena lemahnya permintaan bahan bakar.
Meski harga minyak sempat naik 1% pada minggu lalu, harga minyak Brent dan WTI masih lebih rendah dibandingkan rata-rata Agustus. Kecemasan akan penurunan permintaan dan kondisi ekonomi global terus mempengaruhi harga minyak dalam beberapa waktu mendatang.