STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Harga minyak mentah dunia kembali melemah mendekati level US$69 per barel pada penutupan perdagangan hari Kamis (5/9/2024) waktu setempat atau Jumat pagi (6/9/2024) WIB. Penurunan ini terjadi di tengah keputusan OPEC+ yang menunda rencana kenaikan produksi minyak. Keputusan OPEC+ tersebut memperpanjang ketidakpastian di pasar energi.
Mengutip CNBC International, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober turun 5 sen menjadi US$69,15 per barel, di New York Mercantile Exchange.
Adapun harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November anjlok 1 sen mencapai US$72,69 per barel, di London ICE Futures Exchange.
Organisasi negara-negara pengekspor minyak, OPEC+, memutuskan untuk menunda kenaikan produksi sebesar 180.000 barel per hari. Rencana kenaikan yang awalnya dijadwalkan pada bulan Oktober kini ditunda hingga dua bulan ke depan. Penundaan ini menjadi salah satu faktor yang memperlambat pemulihan harga minyak global.
Menurut Andy Lipow, presiden Lipow Oil Associates, OPEC menghadapi banyak tantangan dalam beberapa bulan ke depan. Lipow menyebut OPEC ingin melihat harga minyak Brent di kisaran US$85 hingga US$90 per barel untuk menyeimbangkan anggaran negara-negara anggotanya.
Namun, kondisi pasar saat ini justru memburuk. Minyak mentah AS turun sekitar 6% sepanjang minggu ini, sementara minyak Brent global merosot 7,8%. Ketakutan bahwa suplai minyak akan meningkat sementara permintaan melemah semakin memperparah aksi jual di pasar minyak.
Selain itu, permintaan minyak juga diperkirakan akan turun. Lipow menjelaskan bahwa permintaan minyak di China melemah, dan musim liburan mengemudi di AS sudah berakhir. Hal ini menandakan penurunan permintaan bensin, yang biasanya menguat di musim panas.
Lebih jauh, Lipow menambahkan bahwa AS dan Eropa akan memasuki periode pemeliharaan kilang. Masa ini biasanya menurunkan permintaan minyak mentah, sehingga semakin menekan harga.
Di sisi lain, persediaan minyak mentah AS turun hampir 7 juta barel pada minggu yang berakhir 30 Agustus, menurut data dari Energy Information Administration (EIA). Namun, stok bensin justru naik sebesar 800.000 barel.
Penurunan harga minyak ini menjadi perhatian besar bagi pasar global, terutama di tengah ketidakpastian mengenai keputusan OPEC+ dan potensi pelemahan permintaan di berbagai negara.