Sabtu, Maret 22, 2025
28.6 C
Jakarta

Investor Wajib Tahu! BEI Beberkan Lima Penyebab Utama IHSG Rontok Parah

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Bursa Efek Indonesia (BEI) terus mengalami tekanan berat dan mencatatkan penurunan signifikan dalam beberapa waktu terakhir.

Hingga 28 Februari 2025, IHSG telah anjlok sedalam 11,43% secara year-to-date (ytd) menuju level 6.270,6. Ini merupakan titik terendah sejak 30 September 2021. Sepanjang Februari 2025 saja, IHSG sudah terjun bebas sejauh 11,8%. Adapun selama pekan lalu, IHSG mengalami kejatuhan sebesar 7,83%.

Direktur Utama BEI, Iman Rachman, mengungkapkan tekanan jual dari investor asing menjadi salah satu faktor utama yang mendorong pelemahan IHSG. Dari awal tahun hingga 28 Februari 2025, investor asing mencatatkan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp21,9 triliun. Dari jumlah tersebut, sekitar Rp18,9 triliun di antaranya terjadi sepanjang Februari.

Menurut Iman, terdapat berbagai faktor yang memicu aksi jual dan penurunan IHSG, baik dari dalam maupun luar negeri. Salah satunya adalah ketidakpastian global yang meningkat akibat perang tarif antara Amerika Serikat dan negara mitra dagangnya.

“Banyak indeks global ikut terpukul akibat ketidakpastian ekonomi dunia,” ujarnya, di Jakarta, Senin (3/3/2025).

Iman lantas membeberkan lima faktor utama yang menjadi penyebab utama longsornya IHSG dalam sebulan terakhir:

1.Perang Tarif antara Amerika Serikat dengan Negara-Negara Mitra Dagangnya yang Terus Memanas.
Perkembangan terakhir menunjukan, Trump mengenakan tarif impor senilai 25% bagi Kanada dan Meksiko efektif mulai 4 Maret 2025 waktu setempat. Terdapat pula pemberlakukan tarif bagi negara uni Eropa (UE) sebesar 25% dan kenaikan tarif tambahan atas barang impor China hingga 20%.

2.Arah Kebijakan The Fed yang Masih Cenderung Bersifat “Higher for Longer”.
Sinyal kebijakan suku bunga the fedyang cenderung ketat mendorong investor mencari aset yang bersifat safe heaven dan memicu keluarnya dana asing dari pasar saham Indonesia.

3.Pemangkasan Rating Saham RI oleh Morgan Stanley dari Equalweight Menjadi Underweight.
Pemangkasan tersebut di dasarkan pada prospek pertumbuhan ekonomi domestik RI yang melemah serta meningkatnya tekanan terhadap profitabilitas sektor siklikal.

4.Pelemahan Rupiah Terus Berlanjut.
Rupiah berdasarkan kurs Bloomberg pada Jumat 28 Februari 2025 berada pada level Rp16.580 per US$, terdepresiasi sebesar 2,88% (ytd). Rupiah mencatatkan level terendah sejak April 2020.

5.Koreksi yang Terjadi pada Emiten-Emiten Perbankan Penyumbang Bobot Terbesar di IHSG, Mendorong Pelemahan Indeks Domestik.

Meski dihantam banyak tekanan, Iman tetap optimistis IHSG masih berpeluang mengalami rebound. Valuasi saham yang relatif murah serta dividen yield yang menarik bisa menjadi katalis positif bagi pasar. Di awal pekan ini, beberapa saham perbankan besar bahkan mengalami peningkatan rekomendasi dari manajer investasi asing.

“Valuasi saham saat ini relatif murah dengan dividend yield yang masih menarik. Beberapa big bank juga mulai mendapatkan revisi positif dari manajer investasi asing,” tambahnya.

Akankah IHSG segera bangkit? Atau tekanan masih akan berlanjut? Kita lihat saja!

Artikel Terkait

Siapkan Dana Rp2 Triliun, Barito Renewables Mulai Beli Kembali Saham di BEI

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN)...

Jelang Akhir Pekan, Harga Saham 476 Emiten Melemah, IHSG Rontok 1,94%

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada...

Paham Pasar Kopi, Begini Strategi Fore Coffee Memimpin Pasar Kopi Premium

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - PT Fore Kopi Indonesia Tbk (Fore...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Anda tidak dapat copy content di situs ini