STOCKWATCH.ID (TOKYO) – Bursa saham Asia-Pasifik bergerak beragam pada penutupan perdagangan Jumat sore (14/2/2025) waktu setempat. Investor masih mencermati kebijakan tarif AS yang ditandatangani Presiden Donald Trump, tetapi belum langsung diberlakukan.
Mengutip CNBC International, di China, indeks CSI 300 menguat 0,87%. Sementara itu, Hang Seng Hong Kong melesat 3,69% ke 22.620,33, mencatat kenaikan mingguan tertinggi sejak Oktober. Sentimen positif ini mendorong optimisme di pasar saham Asia.
Korea Selatan juga mencatat kenaikan. Indeks Kospi naik 0,31% menjadi 2.591,05, sementara indeks saham berkapitalisasi kecil Kosdaq melonjak 0,94% ke 756,32. Data terbaru menunjukkan tingkat pengangguran negara itu turun ke 2,9% pada Januari, lebih baik dari level tertinggi tiga tahun di 3,7% pada bulan sebelumnya.
Sebaliknya, Jepang justru mengalami tekanan. Indeks Nikkei 225 anjlok 0,79% ke 39.149,43, sedangkan Topix turun 0,23% ke 2.759,21. Tekanan ini terjadi di tengah ketidakpastian ekonomi global dan fluktuasi mata uang yen.
Di India, indeks Nifty 50 melemah 0,82%, sementara Sensex turun 0,83% dalam perdagangan yang cukup volatil. Inflasi grosir di negara itu naik 2,31% pada Januari, sedikit di bawah perkiraan analis yang memprediksi kenaikan 2,5%.
Sementara itu, Australia menunjukkan performa lebih stabil. Indeks S&P/ASX 200 naik tipis 0,19% ke 8.555,80. Pasar masih menanti perkembangan global yang bisa mempengaruhi arah perdagangan ke depan.
Di Asia Tenggara, ekonomi Singapura tumbuh 4,4% sepanjang 2024, menjadi pertumbuhan tercepat sejak 2021. Produk domestik bruto (PDB) kuartal IV naik 5% secara tahunan, lebih tinggi dari perkiraan analis sebesar 4,7%. Namun, indeks Straits Times justru melemah 0,19% menjelang penutupan perdagangan.
Malaysia juga mencatat pertumbuhan ekonomi yang solid. PDB negara itu tumbuh 5,1% sepanjang 2024, lebih baik dari perkiraan Reuters sebesar 4,8%.