STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Pasca sukses mengakusisi 6.000 menara telekomunikasi milik PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) senilai Rp10,28 triliun, manajemen PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (IDX: MTEL) atau Mitratel merevisi sejumlah target kinerja Perseroan. Hal itu dikemukakan oleh Hendra Purnama, Direktur Investasi merangkap Sekretaris Perusahaan Mitratel, dalam acara media gathering di Jakarta, Selasa (2/8/2022).
Menurut Hendra, revisi ke atas sejumlah target Perseron tahun ini memang harus dilaukan. Ini lantaran capaian kinerja Perseroan saat ini telah melampui target-target yang ditetapkan pada awal tahun. Ambil contoh target penambahan jumlah menara telekomunikasi. Pada awal tahun 2022, manajemen Mitratel menargetkan dapat menambah sebanyak 3.000 menara. Kemudian, tahun depan Perseroan akan menambah lagi sekitar 3.000 menara. Hal ini sejalan dengan janji yang disampaikan Mitratel kepada para pemegang saham ketika melakukan Initial Public Offering (IPO) setahun lalu.
“Pada saat IPO, kita mention bahwa dalam 4 tahun ke depan kita akan menambah 6.000 tower. Awal tahun ini, kita sampaikan bahwa tahun 2022 kita akan menambah tower 3.000 dan tahun depan 3.000 lagi. Sekarang kita dapat menyelesaikan target penambahan 6.000 tower itu dalam setahun,” papar Hendra.
Untuk diketahui, usai mengambil-alih 6.000 menara telekomunikasi Telkomsel, Mitratel resmi menjadi raja tower di Kawasan Asia Tenggara. Betapa tidak, total menara telekomunikasi yang dipunyai Mitratel per Juli 2022, bertambah menjadi 34.800 menara.
Hendra mengemukakan,seiring keberhasilan Mitratel mengakuisisi menara telekomunikasi Telkomsel, Perseroan merevisi ke atas target pendapatan tahun ini. Bila semula pendapatan anak usaha PT Telekomunikasi Indodnesia (Persero) Tbk (TLKM) itu diproyeksikan tumbuh sekitar 10-11%, maka akhir 2022 manajemen Mitratel optimistis pendapatan bisa tumbuh hingga 12%. Artinya, pendapatan Mitratel sepanjang tahun ini bisa mencapai Rp7,7 triliun dibandingkan Rp6,9 triliun di periode yang sama tahun lalu.
Sejalan dengan peningkatan proyeksi pendapatan, target laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) Mitratel juga dikerek. Awalnya, EBITDA Mitratel ditargetkan sekitar 13%, lalu dinaikan menjadi 15% sepanjang periode Januari-Desember 2022. Pada 2021, Mitratel mencatatkan EBITDA sebesar Rp5,2 triliun. Dengan target pertumbuhan sekitar 15%, maka EBITDA Perseroan pada akhir 2022 berkisar Rp5,96 triliun.
Selain itu, Mitratel merevisi dana yang dialokasikan untuk belanja modal atau capital expenditure (capex). Seiring aksi korporasi Mitratel yang membeli 6.000 tower milik Telkomsel, maka capex melonjak dari rencana awal Rp10 triliun menjadi Rp14 triliun. Terkait sumber pendanaan, Perseroan masih mengandalkan dana internal. Sebagaimana dketahui, dari gelaran IPO, Mitratel berhasil menghimpun dana publik sebanyak Rp18,8 triliun. Adapun hingga saat ini, serapan dana hasil IPO telah mencapai 70%.
Di lain sisi, manajemen Mitratael merevisi turun target colocation dari 3.000 menjadi 2.500 sepanjang tahun 2022. Ini lantaran perusahaan mobile operator yang menjadi client Mitratel sedang melakukan konsolidasi internal.
“Colocation ada penurunan dari 3.000 menjadi 2.500 karena situasi dan konidisi dari mobile operator yang sedang melakukan konsolidasi. Oleh karena itu, terjadi perlambatan order terutama dari IoT. Karena meraka lagi sibuk konsolidasi. Tapi itu tidak merubah revenue kita,” tegas Hendra.
Sementara itu, penambahan tower secara organik yang semula dibidik 750 tahun ini direvisi menjadi 1.000 pembangunan menara hingga akhir 2022 . Demikian pula dengan bisnis fiber optic yang baru ditekuni awal tahun ini.”Tadinya target fiber optic deployment sepanjang 6.000 km akhir tahun ini. Ternyata, per Juni sudah dapat order 8.000 km. Kita bukan hanya mendapatkan order tapi juga bisa membangun fiber optic. Akhir tahun kita bisa bangun 9.500 km fiber optic deployment,” tandas Hendra.