STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Harga minyak mentah dunia jatuh tergelincir pada penutupan perdagangan Senin (7/8/2023) waktu setempat atau Selasa (8/8/2023) WIB. Terpangkasnya harga komoditas tersebut hingga 1% antara lain dipicu oleh lemahnya permintaan minyak mentah dari Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok, dua negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia.
Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September 2023 ditutup anjlok 88 sen atau 1,06%, menjadi US$81,94 per barel di New York Mercantile Exchange.
Adapun harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober 2023 berakhir terjatuh 90 sen atau 1,04%, menjadi US$85,34 per barel di London ICE Futures Exchange.
Permintaan minyak mentah AS berkurang seiring berakhirnya libur musim panas di negara tersebut. Meredanya musim mengemudi pada libur musim panas AS berdampak pada terpangkasnya konsumsi bensin. Sementara itu, permintaan minyak mentah Tiongkok turun pada Juli sejalan dengan melambatnya aktivitas manufaktur. Konsumsi minyak mentah Negeri Tirai Bambu tersebut diprediksi lebih rendah dari harapkan lantaran aktifitas parawisata juga ikut turun.
Di sisi lain, indeks dolar AS menguat terhadap mata uang utama lainnya pada Senin (7/8/2023), rebound dibandingkan Jumat (4/8/2023). Adapun pemicu penguatan greenback adalah komentar pejabat Federal Reserve (The Fed) yang mendukung kenaikan suku bunga tambahan. Dolar yang lebih kuat membuat harga minyak mentah lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lain.
Gubernur Fed Michelle Bowman mengatakan kenaikan suku bunga tambahan kemungkinan akan diperlukan untuk menurunkan inflasi guna memenuhi target 2,0 persen Fed.