STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mengumumkan dalam pipeline masih terdapat 28 perusahaan yang akan melantai di bursa pada kuartal IV tahun ini. Dari jumlah tersebut, sebanyak 26 perusahaan akan tercatat di BEI pada 2023.
I Gede Nyoman Yetna, Direktur Penilaian Perusahaan BEI dalam perbincangan dengan wartawan di Jakarta, Jumat (6/10) mengatakan, berdasarkan laporan keuangan, terdapat 2 perusahaan akan masuk bursa pada kuartal I 2024. “Ini sesuai pipeline kita saat sekarang,” katanya.
Menurut Nyoman, tren IPO saat ini adalah yang tertinggi pada tahun 2023, melampaui rekor pencatatan sejak tahun 1990. Meski demikian, dari segi pendanaan, Nyoman belum bisa memastikan apakah jumlah IPO tahun ini akan lebih besar dibandingkan dengan tahun 2021.
Pada tahun 2021, syukur ada emiten besar yang hampir melebihi dari setengah dari total fundraising pada saat itu. Yakni Bukalapak dengan kontribusi sekitar Rp22 triliun, dan Mitratel hampir Rp18,8 triliun. “Dua emiten itu hampir setengah dari total fundraising yang ada pada saat itu,” ujar Nyoman.
Menurut Nyoman, faktor pendorong investor tertarik pada IPO 2021 memang seiring dengan e-commerce sedang diminati. Dan hal itu tidak hanya di Indonesia, namun tren serupa juga terjadi di luar negeri.
“Kita harapkan ada sektor-sektor yang diminat investor dan atraktif. Rata-rata dari proceed itu lebih dari Rp500 miliar, kalau ada data yang memang outlier kalau besar kalau kita keluarkan sebetulnya apa yang kita peroleh menunjukkan peningkatan proceed rata-rata, lebih dari Rp500 miliar,” papar Nyoman bangga.
Nyoman mengemukakan, tiga sektor terbanyak dari 28 calon emiten dalam pipeline IPO tahun 2023 adalah sektor Consumer Non-Cyclicals sebanyak 6 perusahaan, sektor energi sebanyak 5 perusahaan, serta sektor basic material sebanyak 4 perusahaan.
Sementara untuk potensi IPO tahun 2024, Nyoman tidak mau terburu-buru untuk meramalnya. Namun, Ia mengungkapkan, pihaknya berencana untuk bertemu dengan beberapa underwritter aktif dan sejumlah investor institusi untuk menggali informasi. Tujuannya, agar lebih komprehensif apa yang dibayangkan BEI dan yang ada di pasar. “Kita dengarkan dari mereka biar lebih komprehensif,” kata Nyoman