STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) telah menjadi pilar utama dalam membangun peradaban dan menggerakan ekonomi bangsa selama 74 tahun terakhir. Sejak didirikan pada 9 Februari tahun 1950, BTN berhasil memainkan peran penting menjadi mitra pemerintah yang tak tergantikan, khususnya sebagai agent of development. BTN terbukti sukses memberikan akses finansial kepada masyarakat Indonesia untuk memiliki rumah impian mereka.
Bank yang sebelumnya bernama Postpaarbank ini, telah membuktikan komitmennya sebagai mitra pemerintah dengan mendukung akses pembiayaan perumahan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Program seperti Program Sejuta Rumah menjadi landasan bagi Bank BTN dalam menciptakan dampak positif bagi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini menunjukkan kesetiaan yang kuat dalam mengemban amanah sebagai lembaga keuangan yang berperan pada pembangunan nasional.
Dari total 5,2 juta unit rumah yang didanai BTN selama 74 tahun, sekitar 4,05 juta unit di antaranya dinikmati oleh Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) melalui program Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Subsidi. Nixon LP Napitupulu, Direktur Utama Bank BTN, menegaskan komitmen bank pelat merah tersebut dengan mengatakan, “Kami telah membuktikan diri sebagai bank yang paling banyak menyediakan pembiayaan bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Kami berperan aktif sebagai mitra pemerintah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui kepemilikan rumah.”
BTN selalu hadir sebagai Bank Pelaksana dalam menyalurkan KPR Subsidi bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah. Hal ini terwujud melalui beberapa skema, termasuk Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP), Subsidi Selisih Bunga (SSB), dan Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT).
Selama lima tahun terakhir, BTN telah menyediakan sekitar 133.000 unit KPR untuk sektor informal, dengan total nilai sekitar Rp22 triliun. Jika melihat data sejak BTN pertama kali ditunjuk pemerintah menjadi bank penyalur KPR pada Desember 1976, dalam 47 tahun terakhir, bank tersebut sudah menyalurkan sekitar 410.000 unit KPR ke sektor informal, dengan total nilai mencapai Rp52 triliun.
Nixon mengakui bahwa selama lima tahun terakhir, sektor informal menjadi fokus utama BTN. Ia menegaskan, berbagai profesi, mulai dari driver ojek online, pedagang pasar, marbot masjid, tukang cukur, hingga guru honorer, sudah menerima pembiayaan perumahan dari BTN.
Menurut Nixon, sektor pekerja informal memiliki potensi bisnis yang besar dalam layanan perbankan. Ironisnya, meskipun jumlahnya besar, masih banyak pekerja informal yang belum memiliki akses ke layanan keuangan. Oleh karena itu, BTN bekerja sama dengan pemerintah dan BP Tapera mengembangkan Tabungan BTN Rumah Tapera. Ini merupakan solusi pembiayaan perumahan bagi pekerja informal melalui KPR dengan skema FLPP.
Tidak dapat dipungkiri, sektor perumahan, terutama pada segmen perumahan sederhana, memberikan dampak multiplier yang signifikan bagi perekonomian. Ada sekitar 185 sub-sektor pendukung perumahan yang turut berkontribusi dalam ekosistem pengembangan perumahan. Selain itu, rumah sederhana juga menggunakan produk lokal sebanyak 90% untuk membangun satu unit rumah.
Dari perspektif ketenagakerjaan, sektor perumahan menawarkan peluang pengembangan lapangan kerja yang besar di Indonesia. Rata-rata, setiap 1 rumah mempekerjakan sekitar 5 tenaga kerja. Sehingga, pembangunan 100.000 unit rumah akan menciptakan lapangan kerja bagi 500.000 orang. Hal ini berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan, dengan meningkatnya pendapatan masyarakat dan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) negara.
Bank BTN terus menunjukkan komitmen kuatnya dalam mendukung pertumbuhan ekonomi negara sebagai bank penyalur KPR terbesar di Indonesia. Selama 47 tahun menyalurkan KPR, Bank BTN telah mewujudkan impian sekitar 5,6 juta masyarakat Indonesia beserta keluarganya memiliki hunian yang layak dengan nilai pembiayaan mencapai Rp470 triliun.
Nixon menyatakan, “Bank BTN memiliki momentum yang sangat baik untuk terus bertumbuh pesat dan berkelanjutan dalam membantu masyarakat Indonesia menggapai mimpi mereka untuk memiliki rumah.”
Sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia, BTN telah menjadi raja Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan penguasa pasar pembiayaan perumahan di Tanah Air. Dengan moto “Ingat KPR, Ingat BTN”, BTN berhasil meresap kuat dalam kesadaran masyarakat sebagai mitra utama dalam mewujudkan impian memiliki rumah.
Peran BTN sebagai raja KPR tidak bisa dipandang sebelah mata. Data terbaru menunjukkan bahwa lebih dari 90% portofolio kredit BTN berupa kredit perumahan. BTN menguasai sekitar 40% dari total pangsa pasar pembiayaan perumahan di Indonesia. BTN juga telah bermitra dengan lebih dari 7.000 pengembang perumahan dan menggerakkan 181 sub-sektor ekonomi hingga saat ini.
Bank BTN juga mendominasi sektor KPR subsidi dengan pangsa pasar mencapai 83% dan menjadi kontributor utama program perumahan rakyat. Dalam dua tahun mendatang, Bank BTN menargetkan dapat membiayai 1 juta rumah subsidi. Langkah ini merupakan bagian dari dukungan Perseroan terhadap upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat berpenghasilan rendah.
Sementara itu, pada sektor KPR non-subsidi, Bank BTN terus memperkuat upaya untuk menargetkan segmen menengah ke atas atau emerging affluent. Bank BTN telah membuka sales center di beberapa lokasi dan menjalin kemitraan dengan pengembang perumahan di wilayah suburban dan perkotaan.
Ini semua menandakan dominasi BTN dalam menyediakan akses finansial bagi masyarakat untuk memiliki rumah impian mereka. Dengan berbagai produk KPR yang komprehensif dan layanan yang ramah pengguna, BTN telah berhasil memenangkan hati jutaan nasabah di seluruh Indonesia.
Keberhasilan BTN dalam memimpin pasar KPR tidak hanya didasarkan pada produk dan layanan yang mereka tawarkan, tetapi juga pada komitmen Perseroan untuk terus berinovasi dan beradaptasi dengan perubahan zaman. Melalui program-program seperti KPR untuk rumah subsidi, KPR untuk rumah komersial, dan berbagai produk KPR lainnya, BTN mengakomodasi kebutuhan beragam dari berbagai lapisan masyarakat.
Transformasi Bisnis Bank BTN
Dalam perjalanannya, emiten dengan kode perdagangan saham BBTN ini, secara konsisten terus bertransformasi dengan mendorong penguatan struktur bisnis. Melalui strategi ini, BTN bukan hanya mampu konsisten tumbuh dan berkembang dengan pesat, melainkan juga lebih siap beradaptasi terhadap dinamika, tantangan dan perubahan baik di tingkat nasional maupun global.
Transformasi dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi turning point yang memperkuat fondasi bisnis BTN. Program transformasi ini bukan sekadar inisiatif, melainkan sebuah langkah besar yang menandai dedikasi dan komitmen BTN untuk terus tumbuh dan berkembang serta beradaptasi terhadap semua perubahan.
Dengan menerapkan strategi Beyond KPR, BTN berhasil menangkap potensi pembiayaan lainnya, seperti Kredit Ringan Tanpa Agunan (KRING), Kredit Agunan Rumah (KAR), dan Kredit Usaha Rakyat (KUR), melalui cross selling kepada nasabah captive.
Menurut Nixon, transformasi-transformasi yang dilakukan BTN dalam beberapa tahun terakhir telah membawa kinerja perusahaan semakin baik. Pada tahun 2021, BTN berhasil mengoptimalkan kontribusi pada program KPR subsidi dan meningkatkan KPR Non Subsidi melalui Kerjasama Developer Agen Properti, serta mengembangkan skema KPR yang menargetkan generasi milenial.
Transformasi selanjutnya dilakukan pada tahun 2022, dimana BTN memperluas bisnis berbasis ekosistem perumahan dengan meningkatkan kredit high yield beyond mortgage melalui cross selling kepada nasabah captive. Pada tahun 2023, fokus transformasi adalah pada pengembangan bisnis yang selaras dengan era Disrupsi Digital untuk menguasai ekosistem perumahan.
Untuk tahun ini, BTN akan fokus pada transformasi untuk memperluas area bisnis dan menyediakan solusi keuangan terintegrasi. Perusahaan akan melakukan percepatan digital banking dan digitalisasi proses secara massif yang mendukung pengembangan bisnis berbasis ekosistem perumahan sebagai sumber pertumbuhan baru.
Dengan transformasi yang telah dilakukan dan akan dilakukan, Nixon optimistis pada tahun 2025, BTN akan berhasil mewujudkan visi masa depan menjadi The Best Mortgage Bank di Asia Tenggara pada tahun 2025. Dalam rangka mencapai visi tersebut, BTN, yang telah berusia 74 tahun, berupaya meningkatkan kontribusinya dalam mengatasi backlog perumahan di Indonesia yang masih mencapai 12,7 juta.
Tahun depan, BTN juga berencana untuk menjadi One Stop Financial Solution dalam Ekosistem Perumahan, dengan fokus pada peningkatan sumber fee berbasis layanan dan transaksional terutama pada bisnis wealth management digital banking dan corporate.
Bank BTN Optimistis Industri Properti Tumbuh Positif di Tahun 2024
Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan perekonomian Indonesia tahun 2024 berkisar antara 4,7% sampai dengan 5,5%. Angka ini akan terus meningkat hingga mencapai 5,6% pada 2025 mendatang. Adapun target inflasi sebesar 2,5% plus minus 1%.
Menurut Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti, pertumbuhan kredit sepanjang tahun 2023 mencapai 10,6%. Itu menunjukkan bahwa masih ada ruang bagi pertumbuhan di tahun 2024. Dukungan fundamental yang kuat dari ekonomi domestik juga menjadi faktor pendukung, meskipun kondisi ekonomi global masih dipengaruhi oleh ketidakpastian.
Terkait sektor properti, Destry optimistis melihat peluang yang masih tinggi di tahun 2024. Indonesia diuntungkan dengan bonus demografi dari kelompok milenial yang mulai banyak mengambil Kredit Pemilikan Rumah (KPR), dengan tingkat Non-Performing Loan (NPL) yang tetap terjaga.
Optimisme senada disampaikan sejumlah praktisi properti. Kondisi sektor properti pada tahun 2024 diprediksi akan tetap positif. Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) triwulan III 2023 menunjukkan pertumbuhan sebesar 1,96% (year-over-year), yang lebih tinggi dari pertumbuhan sebelumnya.
Di sisi lain, pemerintah telah menyiapkan sejumlah strategi dan insentif untuk mendukung pertumbuhan industri properti. Salah satunya adalah kebijakan insentif berupa Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) yang diberlakukan untuk pembelian rumah baru, baik rumah tapak maupun apartemen siap huni, mulai November 2023 hingga Desember 2024. Kebijakan ini diharapkan mampu memberikan dorongan positif bagi pertumbuhan sektor properti.
Dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi yang baik dan peluang yang tinggi di sektor properti, 2024 diharapkan akan menjadi tahun yang positif bagi perkembangan ekonomi Indonesia. Penting bagi pemerintah, pelaku industri, dan semua pemangku kepentingan untuk bekerja sama dalam menciptakan kondisi yang mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Pada 2024, industri properti Indonesia siap menghadapi sejumlah tren yang diprediksi akan memengaruhi pasar. Generasi milenial diproyeksikan akan tetap menjadi segmen terbesar dalam industri properti hingga tahun 2045. Di samping itu, peningkatan jumlah dengan kekayaan bersih sangat tinggi (Ultra High Net Worth Individuals/UHNWI) di Indonesia dan perkembangan industri kesehatan dan kesejahteraan (wellness industry) juga akan mempengaruhi tren pertumbuhan sektor properti.
Menurut Pengamat Properti, Panangian Simanungkalit, menyediakan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), milenial, dan Generasi Z merupakan potensi yang dapat mendorong pertumbuhan sektor properti di tahun 2024. Fokus utama tetap pada penyelesaian masalah backlog perumahan yang terus meningkat.
Panangian menegaskan bahwa pemerintah harus memberikan perhatian yang lebih besar terhadap kebutuhan perumahan bagi rakyat, khususnya milenial dan MBR. Program pemerintah yang bertujuan untuk menghilangkan backlog pada tahun 2045 dinilai sebagai langkah yang baik, namun diperlukan komitmen dan tindakan konkret untuk mencapainya.
Meskipun dihadapkan dengan kondisi ekonomi global yang penuh tantangan, BTN tetap yakin Kredit Pemilikan Rumah (KPR) mencatat pertumbuhan positif pada 2024. Selama tahun 2023, BTN berhasil menyalurkan kredit dan pembiayaan sejumlah Rp333,69 triliun, meningkat 11,9% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai Rp298,28 triliun. Pertumbuhan kredit dan pembiayaan ini melampaui pencapaian industri perbankan nasional yang hanya 10,38% pada tahun yang sama.
Pertumbuhan kredit BTN pada tahun 2023 masih didominasi oleh kredit ke sektor perumahan. Penyaluran KPR Subsidi meningkat 10,9% menjadi Rp161,74 triliun dari Rp145,86 triliun pada tahun sebelumnya. Sementara itu, KPR Non Subsidi juga mengalami pertumbuhan sebesar 9,5%, dari Rp87,82 triliun pada tahun 2022 menjadi Rp96,17 triliun pada tahun 2023. Nixon menyatakan, “Kami terus memacu penyaluran kredit dengan prinsip kehati-hatian, menjaga rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) tetap terjaga dengan baik.”