STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) berhasil mencatatkan rekor pencatatan saham tertinggi tahunan sepanjang sejarah Pasar Modal Tanah Air. Selama tahun 2023, BEI berhasil membawa 79 perusahaan melantai di Bursa.
Menurut Iman Rachman, Direktur Utama BEI, rekor tersebut mengukuhkan posisi BEI yang secara konsisten menjadi Bursa dengan jumlah pencatatan saham perdana terbanyak di ASEAN sejak tahun 2018. BEI, lanjut dia, terus berupaya untuk menjaring calon perusahaan tercatat, seperti memberikan edukasi terkait IPO dalam bentuk seminar, coaching clinic, masterclass, one-on-one, baik di pusat atau di daerah melalui Kantor Perwakilan BEI.
“Dalam hal peningkatan kualitas calon perusahaan tercatat, BEI telah melakukan penyesuaian Peraturan Nomor I-A pada tahun 2021 mengenai persyaratan keuangan dan kapitalisasi pasar yang diharapkan dapat lebih mengakomodasi berbagai jenis perusahaan. Pasar modal Indonesia juga telah menyediakan sarana e-IPO (www.e-ipo.co.id) guna mempermudah masyarakat luas untuk berpartisipasi sebagai investor pada proses penawaran umum perdana saham,” ujarnya, dalam keterangan pers di Jakarta, Jumat (29/12/2023).
Iman menjelaskan, saat ini jumlah perusahaan tercatat saham di BEI telah menyentuh angka 903 emiten. Berdasarkan laporan EY Global IPO Trends 2023, BEI menduduki peringkat ke-6 dari segi jumlah Initial Public Offering (IPO), serta peringkat ke-9 dari segi total fund-raised di antara bursa-bursa global.
Adapun sepanjang tahun 2023, pencatatan efek baru di BEI meliputi 79 saham, 120 emisi obligasi, 3 ETF, 2 EBA-SP, dan 182 waran terstruktur dengan total fund-raised saham sebesar Rp54,14 triliun dan obligasi sebesar Rp126,97 triliun.
Pada tahun 2024, demikian Iman, BEI dengan dukungan seluruh stakeholders di pasar modal optimistis dapat mencapai target yang lebih tinggi dibandingkan pada 2023. Itu seperti peningkatan likuiditas perdagangan sebesar Rp12,25 triliun, 230 pencatatan efek baru, dan penambahan 2 juta investor baru.
“Selain itu, pada tahun 2024 rencananya akan diluncurkan pula Single Stock Futures, dan Sistem Penyelenggara Pasar Alternatif (SPPA) Repo,” tukas Iman.