STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Harga minyak mentah dunia melonjak tajam pada akhir perdagangan Rabu (9/4/2025) waktu setempat atau Kamis pagi (10/4/2025) WIB. Harga minyak Amerika Serikat (AS) meroket lebih dari 4% setelah Presiden Donald Trump mengejutkan pasar dengan keputusan barunya soal tarif impor. Keputusan ini memberikan angin segar bagi pasar energi, kecuali bagi China yang justru mendapat tarif lebih tinggi.
Mengutip CNBC International, harga minyak mentah berjangka Brent terdongkrak US$2,66 atau 4,23% dan ditutup di level US$65,48 per barel, di London ICE Futures Exchange.
Adapun harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik US$2,77 atau 4,65% menjadi US$62,35 per barel, di New York Mercantile Exchange.
Kenaikan ini menjadi performa harian terbaik minyak AS sejak Oktober 2024. Padahal, sebelumnya harga sempat terjun bebas ke titik terendah harian di US$55,12 setelah China mengumumkan tarif balasan sebesar 84% atas barang-barang asal AS.
Namun, pasar langsung berbalik arah setelah Trump tiba-tiba mengubah strategi perangnya. Presiden AS itu menyatakan bahwa tarif impor untuk negara-negara selain China akan diturunkan menjadi 10% selama 90 hari. Sementara untuk China, tarif justru dinaikkan menjadi 125% dan langsung berlaku saat itu juga.
Langkah Trump ini membuat pelaku pasar kembali optimis. Ketegangan soal perang dagang yang sempat memicu kekhawatiran resesi dinilai bisa sedikit mereda.
Namun, ancaman tetap ada. Pasar minyak global sedang menghadapi tekanan ganda: kekhawatiran akan perlambatan ekonomi dan pasokan yang terus meningkat. OPEC+ dikabarkan bakal mempercepat produksi pada Mei mendatang, yang bisa memperparah surplus di pasar.
“Ini kombinasi yang berbahaya. Ketakutan akan resesi dan pasokan berlebih adalah koktail beracun bagi harga minyak,” ujar Helima Croft, Kepala Strategi Komoditas Global RBC Capital Markets kepada CNBC.
Di sisi lain, perhatian investor juga tertuju pada pertemuan penting antara AS dan Iran yang dijadwalkan berlangsung di Oman pada Sabtu mendatang. Mereka akan membahas program nuklir Iran, dan jika perundingan membuahkan hasil, bukan tidak mungkin lebih banyak minyak Iran akan kembali membanjiri pasar dunia.
