Jumat, April 18, 2025
27.1 C
Jakarta

Bank Mandiri Optimistis Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,06% Sepanjang 2024. Ini Alasannya

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Direktur Treasury & International Banking PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), Eka Fitria, optimistis kondisi perekonomian dan pasar keuangan Indonesia akan semakin baik ke depannya. Eka mengungkapkan hal tersebut ketika menjadi keynote speech diacara Mandiri Macro Market Brief – Thriving Through Transition, Kamis (26/9/2024).

Salah satu perkembangan terbaru yang memicu optimisme Eka adalah mulai stabilnya kondisi ekonomi global, serta inflasi yang berhasil dikendalikan. Hal ini, mendorong Bank Sentral AS menurunkan suku bunga sebesar 50 basis point pada pertemuan FOMC tanggal 18 September lalu.

Di hari yang sama, Bank Indonesia juga ikut menurunkan suku bunga sebesar 25 basis point untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah inflasi domestik yang tetap terjaga. “Optimisme terhadap penurunan suku bunga ini berhasil memperkuat nilai tukar rupiah, yang kemarin mencapai Rp15.100 per dolar AS. Penguatan rupiah ini juga didorong oleh aliran modal asing yang mulai kembali masuk ke aset-aset berbasis rupiah,” ujarnya.

Eka mengatakan, beberapa indikator ekonomi makro Indonesia masih menunjukkan ketahanan yang baik. Pertama, kinerja ekonomi Indonesia pada triwulan ke-2 2024 tumbuh sebesar 5,05%, meski sedikit melambat dibandingkan triwulan ke-2 2023 yang mencapai 5,17%. Pertumbuhan ini masih ditopang oleh konsumsi masyarakat dan investasi.

Kedua, kendati perlambatan ekonomi global menyebabkan penurunan ekspor, namun neraca perdagangan Indonesia tetap mencatat surplus. Selama periode Januari hingga Agustus 2024, surplus neraca perdagangan tercatat sebesar 18,9 miliar US$, menurun dari 24,3 miliar US$ pada periode yang sama tahun lalu. Secara year-to-date, surplus perdagangan turun 22% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Ketiga, inflasi domestik tetap terkendali dalam kisaran target Bank Indonesia, yaitu antara 1,5% hingga 3,5%. Pada Agustus 2024, inflasi tercatat sebesar 2,1% year-on-year, didorong oleh meredanya tekanan harga pangan dan rendahnya inflasi inti, yang mencerminkan perlambatan permintaan.

Keempat, belanja pemerintah mulai meningkat, tercermin dari kinerja fiskal hingga Agustus 2024 yang mencatat defisit sebesar 0,68% terhadap PDB.

Pada tahun 2024, demikian Eka, pemerintah merencanakan defisit anggaran sekitar 2,7% terhadap PDB, yang mencerminkan upaya untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi. “Ke depan, penurunan suku bunga dan perbaikan kondisi ekonomi global diharapkan dapat meningkatkan aliran perdagangan, modal, dan likuiditas, sehingga mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia. Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, Bank Indonesia telah memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis point, sementara The Fed menurunkan suku bunga sebesar 50 basis point,” paparnya.

Dalam beberapa minggu terakhir, kata Eka, mulai terlihat peningkatan arus modal asing yang masuk ke instrumen investasi di Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari baiknya koordinasi antara kebijakan pemerintah, otoritas moneter, dan sektor keuangan. Koordinasi yang kuat ini menjadi salah satu faktor utama yang menjaga kepercayaan investor untuk berinvestasi di Indonesia.

“Bank Mandiri memproyeksikan ekonomi Indonesia masih akan tumbuh sekitar 5,06% sepanjang tahun 2024,” tegas Eka.

Proyeksi tersebut didasarkan pada beberapa indikator big data, seperti Mandiri Spending Index, yang menunjukkan stabilnya belanja masyarakat sepanjang kuartal ketiga tahun ini. Pola konsumsi tersebut didorong oleh perubahan gaya hidup, terutama di kalangan anak muda, yang menjadi pendorong penting pertumbuhan ekonomi setelah pandemi COVID-19. Dari sisi sektoral, ekonomi Indonesia semakin menguat, terutama didukung oleh peningkatan di sektor-sektor yang terkait dengan mobilitas, seperti hotel dan restoran, transportasi, pergudangan, serta jasa hiburan. Selain itu, sektor manufaktur, termasuk industri logam dasar yang terkait dengan program hilirisasi, juga terus tumbuh dengan baik.

Beberapa sektor manufaktur yang berorientasi pada pasar domestik, seperti industri makanan dan minuman serta industri kimia dan farmasi, juga menunjukkan pertumbuhan yang solid. Namun, sektor manufaktur yang berorientasi ekspor, seperti garmen, furnitur, kayu, dan elektronik, mengalami tekanan akibat melemahnya permintaan dari negara tujuan ekspor. “Ke depan, diharapkan sektor ekspor ini akan membaik seiring dengan pemulihan ekonomi global setelah era suku bunga tinggi berakhir,” imbuh Eka.

Berdasarkan Mandiri Spending Index, konsumsi juga stabil di berbagai wilayah di luar Pulau Jawa, seperti Kalimantan dan Sulawesi. Kondisi ini tentu menjadi peluang besar yang bisa dimanfaatkan oleh dunia usaha, terutama sektor perbankan seperti Bank Mandiri. “Kami berharap fungsi intermediasi perbankan terus tumbuh, dengan pertumbuhan kredit pada Agustus 2024 mencapai 11,4% year-on-year, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini mencerminkan aktivitas ekonomi yang semakin meningkat,” tandas Eka.

Artikel Terkait

Bank Indonesia, Utang Luar Negeri Indonesia Februari 2025 Turun 0,16%

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Bank Indonesia (BI) mengumumkan, posisi Utang...

Cadangan Devisa Maret 2025 Naik 1,68% Jadi US$157,1 Miliar

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - Bank Indonesia (BI) mengumumkan, posisi cadangan...

Permen Jahe Asal Karanganyar Tembus Amerika, Berkat Dukungan BNI!

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - Permen jahe asal Karanganyar, Jawa Tengah,...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru

<p>Anda tidak dapat copy content di situs ini</p>