STOCKWATCH.ID (TOKYO) – Bursa saham Asia-Pasifik mengalami tekanan berat pada penutupan perdagangan Jumat sore (7/3/2025) waktu setempat. Pasar terseret ke zona merah setelah imbal hasil obligasi Jepang melonjak ke level tertinggi sejak krisis keuangan 2008.
Mengutip CNBC International, sentimen negatif datang dari kebijakan tarif Presiden AS, Donald Trump, yang gagal meredakan kekhawatiran investor. Wall Street ambruk semalam, dan efeknya langsung terasa di pasar Asia.
Indeks Nikkei 225 Jepang memimpin kejatuhan dengan anjlok 2,17% ke 36.887,17. Indeks Topix juga turun 1,56% ke 2.708,59. Tekanan semakin besar setelah data ekspor China menunjukkan pertumbuhan hanya 2,3% pada Januari-Februari, jauh di bawah ekspektasi 5%.
Indeks Kospi Korea Selatan ikut melemah 0,49% ke 2.563,48, sedangkan Kosdaq turun lebih dalam, 0,98% ke 727,70. Sementara itu, S&P/ASX 200 Australia jatuh 1,81% ke 7.948,20, menyentuh level terendah dalam enam bulan.
Di Hong Kong, Hang Seng Index turun 0,57% ke 24.231,3 dalam perdagangan yang bergejolak. Indeks CSI 300 China daratan juga melemah 0,31% ke 3.944,01.
Investor masih mencermati kebijakan ekonomi AS setelah laporan Beige Book The Fed dan data manufaktur Institute for Supply Management menunjukkan kekhawatiran terhadap kenaikan biaya produksi akibat tarif baru Trump.
“Pasar masih belum yakin dengan dampak kebijakan perdagangan AS. Kekhawatiran akan kenaikan harga bahan baku dan perlambatan ekonomi membuat investor cenderung menjual aset berisiko,” kata seorang analis kepada CNBC.
Di India, indeks Nifty 50 dan BSE Sensex cenderung datar hingga siang hari waktu setempat.
Koreksi di pasar Asia sejalan dengan kejatuhan indeks utama AS semalam. Nasdaq Composite jatuh 2,61%, Dow Jones Industrial Average turun 0,99%, dan S&P 500 anjlok 1,78%. Nasdaq kini resmi memasuki wilayah koreksi setelah turun 10% dari level tertinggi terakhirnya.