STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Ekonomi global mengalami perlambatan dengan ketidakpastian di pasar keuangan yang mulai mereda. Proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia menunjukkan penurunan menjadi 3,0% pada 2023 dan diperkirakan melambat lebih lanjut menjadi 2,8% pada 2024. Meskipun Amerika Serikat (AS) dan India tetap tangguh dengan dukungan konsumsi rumah tangga dan investasi, Tiongkok mengalami perlambatan akibat pelemahan sektor properti dan keterbatasan stimulus fiskal.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menyatakan, “Pertumbuhan ekonomi global yang melambat mempengaruhi sejumlah negara, termasuk Tiongkok. Namun, Indonesia terus bertahan dengan pertumbuhan domestik yang kuat, didorong oleh permintaan dalam negeri.”
Data dan informasi dari Bank Indonesia mengungkapkan bahwa inflasi di negara maju, termasuk AS, tetap berlanjut meskipun masih di atas target, sedangkan inflasi Tiongkok menurun seiring perlambatan ekonomi. Siklus kenaikan suku bunga di negara maju diperkirakan telah berakhir, membuka kemungkinan penurunan pada paruh kedua tahun 2024.
Terkait dengan kondisi global, Perry menekankan, “Tekanan penguatan dolar AS terhadap mata uang dunia mulai berkurang, memberikan dampak positif pada aliran masuk modal asing dan mengurangi tekanan pelemahan nilai tukar di pasar emerging, termasuk Indonesia.”
Meskipun begitu, Perry memperingatkan adanya beberapa risiko global yang perlu diawasi. Faktor seperti ketegangan geopolitik, perlambatan ekonomi di negara-negara utama termasuk Tiongkok, dan ketidakpastian terkait penurunan suku bunga di negara maju, khususnya FFR, dapat memengaruhi ketidakpastian ekonomi dunia.
Di sisi Indonesia, Bank Indonesia melihat pemulihan ekonomi terus berlanjut, didukung oleh permintaan domestik yang kuat. Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 berkisar antara 4,5-5,3%, didorong oleh konsumsi dan investasi, seiring dengan akselerasi belanja pemerintah dan penyelesaian beberapa Proyek Strategis Nasional (PSN).
Pada tahun 2024, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan meningkat dalam kisaran 4,7-5,5%, didukung oleh pertumbuhan konsumsi yang berkelanjutan. itu termasuk dampak positif dari penyelenggaraan pemilu, serta peningkatan investasi terutama di sektor pembangunan infrastruktur PSN, termasuk Ibu Kota Nusantara (IKN).
Sementara ekspor diperkirakan belum kuat karena dampak dari perlambatan ekonomi global dan penurunan harga komoditas. Bank Indonesia melihat prospek pertumbuhan yang baik di berbagai sektor, terutama di Industri Pengolahan, Perdagangan, Informasi dan Komunikasi, Konstruksi, serta Transportasi dan Pergudangan.
Dengan adanya ketidakpastian global, Bank Indonesia berkomitmen untuk terus mengamati dan merespons dinamika perekonomian, menjaga stabilitas, serta mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan.