STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Harga minyak mentah dunia kembali terjun bebas pada penutupan perdagangan Rabu (14/8/2024) waktu setempat atau Kamis pagi (15/8/2024) WIB. Ini dipicu oleh pernyataan mengejutkan dari Presiden Joe Biden yang menyebutkan bahwa Iran mungkin menahan diri untuk menyerang Israel jika gencatan senjata di Gaza berhasil tercapai. Pernyataan ini diungkapkan Biden pada Selasa sore, menambah tekanan di pasar energi yang sudah bergejolak akibat ketegangan geopolitik.
Mengutip CNBC International, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September longsor sebesar US$1,37 atau 1,75%, menjadi US$76,98 per barel, di New York Mercantile Exchange.
Adapun harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober ambruk 93 sen atau 1,15% mencapai US$79,76 per barel, di London ICE Futures Exchange.
Ketegangan antara Iran dan Israel terus meningkat sejak terbunuhnya seorang pemimpin Hamas di Teheran dua minggu lalu. Iran sebelumnya berjanji akan membalas kematian tersebut, membuat Israel meningkatkan kewaspadaan militernya. Sementara itu, Amerika Serikat turut memperkuat aliansinya dengan mengirim kapal induk dan kapal selam rudal berpemandu ke wilayah tersebut.
Meski harga minyak sempat melonjak lebih dari 4% pada Senin akibat eskalasi ketegangan antara Iran dan Israel, harga kembali melemah karena turunnya permintaan dari China yang membebani pasar.
Helima Croft, Kepala Strategi Komoditas Global di RBC Capital Markets, mengungkapkan bahwa meskipun ada keyakinan di Washington bahwa Iran lebih memilih konflik proksi daripada perang terbuka, upaya Gedung Putih untuk menenangkan situasi mungkin tidak akan mudah. Kesepakatan gencatan senjata di Gaza yang masih sulit dicapai menjadi tantangan tersendiri.
Di tengah ketidakpastian ini, persediaan minyak mentah AS tercatat naik sebesar 1,9 juta barel dalam pekan yang berakhir pada 9 Agustus, sementara stok bensin turun 2,9 juta barel menurut data dari Administrasi Informasi Energi AS. Matt Smith, analis minyak utama untuk wilayah Amerika di Kpler, menjelaskan bahwa penurunan stok bensin dan diesel ini disebabkan oleh permintaan yang mulai meningkat dan produksi yang lebih rendah. Selain itu, musim berkendara musim panas yang akan segera berakhir, ditambah dengan aktivitas badai yang diperkirakan akan meningkat bulan ini, juga turut memengaruhi harga minyak.