STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Harga minyak mentah dunia kembali mengalami penurunan tajam pada penutupan perdagangan hari Senin (14/10/2024) waktu setempat atau Selasa pagi (15/10/2024) WIB. Harga komoditas tersebut langsung terjun bebas setelah OPEC memangkas proyeksi permintaan global untuk tahun 2024. Ini adalah kali ketiga dalam beberapa bulan terakhir OPEC menurunkan prediksi, membuat pasar energi semakin tertekan.
Mengutip CNBC International, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November turun US$1,73 atau 2,29% menjadi US$73,83 per barel, di New York Mercantile Exchange.
Adapun harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember anjlok US$1,58 atau 2% mencapai US$77,46 per barel, di London ICE Futures Exchange.
Pemangkasan proyeksi OPEC turut menjadi penyebab penurunan ini. Organisasi tersebut kini memperkirakan kenaikan permintaan minyak hanya sebesar 1,9 juta barel per hari (bpd) pada 2024, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya yang mencapai 2 juta bpd. Untuk tahun 2025, OPEC juga mengoreksi proyeksi menjadi kenaikan 1,6 juta bpd, turun dari perkiraan sebelumnya 1,7 juta bpd.
Selain itu, situasi di China turut memperparah kondisi pasar. Dalam konferensi pers akhir pekan lalu, Menteri Keuangan China mengungkapkan bahwa stimulus yang diharapkan tidak memberikan dorongan signifikan bagi perekonomian terbesar kedua dunia tersebut. China, yang merupakan importir minyak terbesar di dunia, telah mengalami penurunan permintaan selama beberapa bulan terakhir, yang membuat harga minyak semakin tertekan.
Di sisi lain, ketegangan geopolitik di Timur Tengah juga menambah ketidakpastian di pasar energi. Dilaporkan bahwa Israel mempersempit target serangannya terhadap Iran, termasuk sasaran militer dan infrastruktur energi, yang semakin memperkeruh situasi.
Tidak hanya harga minyak yang merosot, harga bahan bakar lain seperti bensin juga turun. Harga bensin RBOB untuk kontrak November turun 2% menjadi US$2,1086 per galon. Gas alam untuk kontrak November mengalami penurunan lebih tajam, jatuh 5,24% ke US$2,494 per seribu kaki kubik.