STOCKWATCH.ID (CHICAGO) – Harga emas dunia mengalami penurunan pada penutupan perdagangan hari Senin (14/10/2024) waktu setempat atau Selasa pagi (14/10/2024) WIB. Ini terjadi setelah stimulus ekonomi yang diumumkan China gagal meningkatkan kepercayaan investor. Penguatan nilai dolar AS yang mencapai level tertinggi dalam dua bulan juga menjadi penghalang bagi kenaikan harga emas.
Mengutip CNBC International, saat ini, harga emas spot berada di angka US$2.650 per ons, turun 0,2% setelah sebelumnya sempat menyentuh level tertinggi dalam lebih dari seminggu. Kontrak berjangka emas AS juga mengalami penurunan 0,3%, menjadi US$2.667,50.
Kenaikan dolar AS membuat emas menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. “Dolar yang lebih kuat jelas membuat harga emas tertekan,” ujar Phillip Streible, kepala strategi pasar di Blue Line Futures. Ia menambahkan bahwa banyak faktor yang memengaruhi penurunan harga emas saat ini.
Belakangan ini, lonjakan harga emas justru mengurangi minat dan permintaan investor di China. Selain itu, melemahnya euro juga memberi dampak, terutama menjelang pertemuan bank sentral yang akan dilaksanakan minggu ini.
Zain Vawda, analis pasar di MarketPulse oleh OANDA, menjelaskan bahwa data ekonomi China memiliki dua sisi. “Data yang lemah dapat menurunkan permintaan emas, tetapi perlambatan yang lebih luas di China dapat meningkatkan daya tarik emas sebagai aset aman,” katanya.
Meski harga emas melorot saat ini, Vawda menyatakan bahwa ada lebih banyak faktor yang mendukung kenaikan harga emas dibandingkan yang membebani. Investor kini tengah memantau pernyataan dari pejabat Federal Reserve yang diharapkan dapat memberikan petunjuk tentang kemungkinan penurunan suku bunga di masa depan.
Para trader memperkirakan ada sekitar 84% kemungkinan Federal Reserve akan memotong suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan bulan November. Penurunan suku bunga ini bisa mengurangi biaya peluang untuk menyimpan emas, sehingga logam mulia ini menjadi semakin menarik bagi investor.