STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Manajemen PT Bank BCA Syariah (BCA Syariah) menargetkan pertumbuhan laba bersih antara 17-19% pada 2023. Hal itu disampaikan oleh Yuli Melati Suryaningrum, Presiden Direktur BCA Syariah, dalam keterangan pers di Jakarta, Selasa (21/3/2023).
Menurut Yuli, strategi yang akan dilakukan Perseroan untuk mencapai target laba bersih tersebut antara lain adalah memperlebar volume penyaluran pembiayaan. Selain itu, Perseroan bakal menekan biaya dana atau cost of fund. Oleh karena itu, dalam menghimpun Dana Pihak Ketiga (DPK), BCA Syariah akan meningkatkan porsi dana murah yakni CASA (Current Account Saving Account). Dua hal itu, kata Yuli merupakan basic dalam menggenjot perolehan laba bersih.
“Sesuai RBB (Rencana Bisnis Bank), tahun ini, kami menargetkan pertumbuhan di kisaran 9-11% untuk aset, laba di kisaran 17-19% dan pembiayaan antara 10-12%,” ujar Yuli.
Yuli menambahkan, untuk penyaluran pembiayaan, sektor consumer menjadi salah satu penopang. Ruang segmen ini untuk tetap bertumbuh masih lebar. BCA Syariah, lanjut dia, diantaranya akan mengoptimalkan kerjasama dengan para developer (pengembang) untuk mengoptimalkan penyaluran pembiayaan di sektor consumer.
“Kita melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia masih positif. Sehingga ruang untuk penyaluran pembiayaan masih ada. Sektornya apa, kami tidak ada sektor tertentu. Tapi, pembiayaan di consumer masih besar. Jadi, roomnya besar untuk kita garap,” jelasnya.
Pranata, Direktur BCA Syariah menambahkan, sektor consumer ditargetkan dapat berkontribusi antara 7-8% terhadap total pembiayaan Perseroan sepanjang tahun ini. Seiring peningkatan penyaluran pembiayaan, Perseroan tetap akan menjaga kualitasnya. Itu tercermin dari NPF (Non Performing Finance) yang bakal dijaga pada level 1-2% selama tahun 2023. Sementara itu, pendapatan berbasis komisi atau fee based income (FBI) diharapkan tumbuh 30-40%. Sedangkan CASA diproyeksikan naik menjadi antara 38-40% pada 2023.
Untuk diketahui, selama tahun 2022, anak usaha PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) itu membukukan pertumbuhan laba bersih sebesar 34,5% menjadi Rp117,6 milar pada 2023.
Pranata mengemukakan, peningkatan laba bersih Perseroan antara lain di topang oleh kenaikan pendapatan yang diperoleh dari penyaluran pembiayaan sebesar 10,9% menjadi Rp553,7 miliar pada 2022 dibandingkan Rp499,4 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Selain itu, lonjakan laba bersih Perseroan didukung oleh peningkatan pendapatan dari bisnis treasury sebesar 16,8% menjadi Rp196 miliar.
Di lain sisi BCA Syariah sukses menurunkan angka cost of fund sekitar 11,7% dari Rp211,2 miliar pada 2021 menjadi Rp186,5 miliar pada 2022. Capaian ini sejalan dengan kesuksesan Perseroan meningkatkan perolehan CASA dengan strategi peningkatan kapabilitas IT dan pengembangan delivery channel serta penyaluran pembiayaan yang ekspansif dan terukur dengan tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian.
Dari total DPK BCA Syariah per Desember 2022 sebesar Rp9,5 triliun, meningkat 23,5% YoY, komposisi CASA mencapai 38,6% atau sebesar Rp3,7 triliun. Pertumbuhan CASA ditopang oleh meningkatnya Giro di Desember 2022 yang mencapai Rp2,1 triliun atau tumbuh 73,9% YoY. Sementara perolehan tabungan tercatat sebesar Rp1,5 triliun tumbuh 13,3% YoY.
Melesatnya DPK Perseroan ikut mengatrol aset BCA Syariah pada 2022 menjadi Rp12,7 triliun. Angka ini meningkat 19,1% dibandingkan dengan periode
Desember 2021 sebesar Rp10,6 triliun. “BCA Syariah mampu menunjukkan kinerja yang positif dan menjaga pertumbuhan berkelanjutan yang ditandai dengan posisi keuangan yang solid, likuiditas yang memadai serta kualitas aset yang terjaga,” jelas Pranata.
Pada 2023, total penyaluran pembiayaan BCA Syariah tumbuh 21,3% menjadi Rp7,6 triliun dari Rp6,2 triliun pada periode yang sama tahun 2021. Pembiayaan komersial di Desember 2022 mencapai Rp5,4 triliun tumbuh 17,5% dengan portofolio terbesar pada industri pengolahan, pertanian dan perkebunan serta perdagangan besar.
Penyaluran terhadap pembiayaan UMKM terus ditingkatkan sebagai bentuk komitmen BCA Syariah dalam penyaluran pembiayaan inklusif. Sampai dengan akhir tahun 2022 penyaluran pembiayaan UMKM mencapai Rp1,7 triliun atau tumbuh 21,6% sehingga komposisinya mencapai 22,8% dari total pembiayaan BCA Syariah.
Penyaluran pembiayaan disertai dengan upaya mengelola kualitas pembiayaan sehingga NPF dapat terjaga pada angka 1,42% gross dan 0,01% net. Pembiayaan yang direstruktur juga menunjukkan tren menurun dengan Financing at Risk (FaR) sebesar 13,0%, membaik 5,0% dibandingkan Desember 2021 sebesar 18,0%.
Segmen pembiayaan konsumer BCA Syariah menunjukkan pertumbuhan tertinggi di tahun 2022. Pembiayaan konsumer tumbuh ekspansif 101,2% mencapai Rp420,8 miliar. Komposisi pembiayaan konsumer tertinggi dikontribusi dari KPR iB yang tumbuh 194,5% YoY mencapai Rp208,1 miliar. Capaian pertumbuhan pembiayaan konsumer didukung oleh pengembangan fitur, pilihan margin sesuai kebutuhan nasabah, dan inisiatif pemasaran bersama induk usaha melalui event strategis seperti BCA Expo.
Untuk menjaga keseimbangan antara bisnis dan keberlangsungan lingkungan, BCA Syariah turut menyalurkan pembiayaan pada sektor kegiatan usaha berkelanjutan. Tercatat per Desember 2022 penyaluran pembiayaan Kegiatan Usaha Berkelanjutan (KUB) BCA Syariah mencapai Rp2,6 triliun meningkat 29,8% YoY sehingga mencapai 34,2% dari total pembiayaan BCA Syariah di 2022. Pembiayaan tersalurkan pada 6 sektor KUB. Secara komposisi, penyaluran pembiayaan KUB kepada segmen UMKM sebesar Rp1,7 triliun atau setara dengan 66,8% dan Rp858,4 miliar atau setara dengan 33,2% disalurkan kepada kegiatan usaha berwawasan lingkungan non-UMKM.