STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Bank Indonesia (BI) terus memperkuat langkah mendorong pertumbuhan kredit perbankan melalui kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM). Hingga pekan pertama Oktober 2025, total insentif KLM yang telah disalurkan mencapai Rp393 triliun.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan kebijakan ini terbukti mampu menstimulasi penyaluran kredit dan pembiayaan di berbagai sektor ekonomi prioritas. “Insentif KLM disalurkan kepada sektor pertanian, perdagangan dan manufaktur, real estate, perumahan rakyat dan konstruksi, transportasi, pergudangan, pariwisata dan ekonomi kreatif, serta UMKM, ultra mikro, dan sektor hijau,” ujarnya dalam keterangan pers usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 21–22 Oktober 2025 di Jakarta, Rabu (22/10/2025).
Dari total Rp393 triliun, penyaluran terbesar berasal dari kelompok bank BUMN senilai Rp173,6 triliun, disusul bank umum swasta nasional (BUSN) Rp174,4 triliun, bank pembangunan daerah (BPD) Rp39,1 triliun, dan kantor cabang bank asing (KCBA) Rp5,7 triliun.
Perry menegaskan kebijakan KLM akan terus diperkuat ke depan dengan orientasi yang lebih proaktif. Tujuannya untuk mendorong pertumbuhan kredit dan pembiayaan perbankan yang lebih tinggi, sekaligus mempercepat penurunan suku bunga kredit di tengah pelonggaran kebijakan moneter.
Selain itu, pemberian insentif KLM juga akan memperhitungkan kecepatan bank dalam menyesuaikan suku bunga kredit terhadap suku bunga kebijakan BI. Langkah ini diharapkan mempercepat transmisi penurunan suku bunga perbankan ke sektor riil.
BI mencatat suku bunga perbankan saat ini masih turun sangat lambat meski suku bunga acuan sudah dipangkas 150 basis poin (bps) sejak September 2024. Suku bunga deposito 1 bulan hanya turun 29 bps dari 4,81% pada awal 2025 menjadi 4,52% pada September 2025. Salah satu penyebabnya adalah masih adanya special rate untuk deposan besar yang mencapai 26% dari total dana pihak ketiga (DPK).
Penurunan suku bunga kredit bahkan lebih lambat, hanya turun 15 bps dari 9,20% pada awal tahun menjadi 9,05% pada September 2025.
Sementara itu, penurunan suku bunga kebijakan BI telah menekan berbagai indikator suku bunga pasar. Suku bunga acuan pasar uang INDONIA turun 204 bps dari 6,03% menjadi 3,99% pada 21 Oktober 2025. Suku bunga Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) tenor 6, 9, dan 12 bulan juga merosot masing-masing sebesar 251 bps, 254 bps, dan 257 bps menjadi 4,65%, 4,67%, dan 4,70% per 17 Oktober 2025.
Imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) juga menunjukkan tren penurunan. Untuk tenor 2 tahun turun 218 bps dari 6,96% menjadi 4,78%, sedangkan tenor 10 tahun menurun 132 bps dari 7,26% menjadi 5,94%.
“Bank Indonesia memandang penurunan suku bunga perbankan perlu terus didorong sejalan dengan pelonggaran kebijakan moneter yang telah ditempuh dan penempatan dana Saldo Anggaran Lebih (SAL) Pemerintah di perbankan,” ujar Perry.
BI berkomitmen memperkuat kebijakan KLM agar bank semakin agresif menyalurkan kredit, mempercepat penurunan bunga, dan mendorong pemulihan ekonomi nasional menuju pertumbuhan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
