STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Bursa Saham Wall Street kompak berakhir melemah berjamaah pada penutupan perdagangan Rabu (17/1/2024) waktu setempat atau Kamis pagi (18/1/2024). Jatuhnya ketiga indeks utama bursa saham Amerika Serikat (AS) tersebut, dipicu oleh peningkatan imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS). Kabar ini memicu pergerakan negatif pada indeks-indeks utama di Bursa Efek New York, menunjukkan dampak ketidakpastian terhadap kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed).
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) di Bursa Efek New York, AS ditutup turun 94,45 poin atau sekitar 0,25%, menjadii 37.266,67. Sementara itu, indeks S&P 500 (SPX) melemah 26,77 poin atau sekitar 0,56%, berakhir di 4.739,21. Indeks komposit Nasdaq (IXIC), mengalami penurunan sebesar 88,73 poin atau sekitar 0,59%, menutup pada 14.855,62.
Peningkatan imbal hasil obligasi AS menjadi katalisator utama untuk pelemahan ini. Kemungkinan penundaan pemangkasan suku bunga Federal Reserve muncul seiring dengan kondisi positif ekonomi AS. Laporan penjualan ritel dari Departemen Perdagangan AS menunjukkan ketahanan konsumen AS di tengah tingginya inflasi dan kebijakan moneter yang restriktif.
Kondisi ini memicu pergeseran dalam ekspektasi pasar terhadap kebijakan suku bunga The Fed. Menurut instrumen FedWatch CME Group, peluang terjadinya pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan Maret kini hanya mencapai 53,8 persen, menurun dari sebelumnya 63,1 persen. Proyeksi pemangkasan suku bunga diperkirakan akan terjadi pada bulan Mei.
Analisis pasar menilai bahwa keputusan The Fed terkait suku bunga akan sangat mempengaruhi arah pasar keuangan, dan peningkatan imbal hasil obligasi menciptakan ketidakpastian tambahan. Investor cenderung berhati-hati menghadapi perubahan dinamika ini, dengan harapan mendapatkan petunjuk yang lebih jelas dari bank sentral terkait kebijakan moneter masa depan.
Meski demikian, kondisi ekonomi yang kuat, tercermin dalam laporan penjualan ritel yang positif, memberikan dukungan bagi ekspektasi pertumbuhan, meskipun dengan ketidakpastian yang terus menerus mengelilingi kebijakan moneter. Wall Street tetap di garis depan dalam menyikapi perkembangan ini, sambil memperhatikan tanda-tanda lebih lanjut dari Federal Reserve dan indikator ekonomi kunci.