Rabu, Agustus 6, 2025
30.3 C
Jakarta

Neraca Pembayaran dan Transaksi Berjalan Indonesia Kompak  Defisit pada Triwulan II 2023

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) dan transaksi berjalan kompak mengalami defisit pada kuartal kedua tahun ini. Hingga akhir Juni 2023, NPI mencatat defisit sebesar US$7,4 miliar.

Menurut Erwin Haryono, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi, NPI pada kartal dua tahun ini tetap terjaga di tengah kondisi ketidakpastian global. “Bank Indonesia menilai kinerja NPI triwulan II 2023 yang terjaga mampu terus menopang ketahanan eksternal Indonesia,” ujarnya dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa (22/8/2023).

Erwin menjelaskan, posisi cadangan devisa pada akhir Juni, tercatat tetap tinggi sebesar US$137,5 miliar. Itu setara dengan pembiayaan enam bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. “Serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor,” jelasnya.

Sementara itu, defiisit transaksi berjalan Indonesia mencapai US$1,9 miliar (0,5% dari PDB) pada akhir Juni 2023. Kondisi ini berbanding terbalik dengan capaian pada kuartal pertama 2023 dimana transaksi berjalan mampu membukukan surplus sebanyak US$3 miliar (0,9% dari PDB).

“Defisit transaksi berjalan tercatat rendah di tengah kondisi penurunan harga komoditas dan perlambatan ekonomi global serta kenaikan permintaan domestik,” terang dia.

Erwin mengatakan, surplus neraca perdagangan nonmigas masih tinggi meski lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Ini antara lain dipicu oleh ekspor nonmigas yang menurun sejalan dengan pelemahan harga komoditas dan perlambatan ekonomi global. Sedangkan impor menurun terbatas di tengah kondisi membaiknya aktivitas ekonomi domestik.

Defisit neraca perdagangan migas meningkat dipengaruhi tingginya konsumsi BBM sebagai dampak naiknya mobilitas dan kebutuhan pada periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN). Lebih lanjut, defisit neraca jasa dan neraca pendapatan primer juga lebih tinggi sejalan dengan peningkatan ekonomi domestik dan pola pembayaran dividen pada periode laporan.

Transaksi modal dan finansial Indonesia pada triwulan II 2023 mencatat defisit US$5,0 miliar (1,4% dari PDB). Padahal, selama triwulan satu 2023 Indonesia masih mampu meraih surplus sebesar US$3,7 miliar (1,1% dari PDB).

Erwin mengemukakan, kinerja transaksi modal dan finansial di atas tetap terkendali. Ini ditopang oleh investasi langsung di tengah kondisi ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi. “Investasi langsung tetap solid sehingga tetap mampu membukukan surplus sebagai cerminan dari tetap terjaganya persepsi positif investor terhadap prospek ekonomi domestik,” paparnya.

Sementara itu, investasi portofolio dan investasi lainnya, kata Erwin, mencatat defisit. Ini sejalan dengan dampak kenaikan ketidakpastian pasar keuangan global, serta peningkatan pembayaran global bonds dan pinjaman luar negeri yang jatuh tempo sesuai pola kuartalan.

“Ke depan, Bank Indonesia senantiasa mencermati dinamika perekonomian global yang dapat memengaruhi prospek NPI dan terus memperkuat respons bauran kebijakan yang didukung sinergi kebijakan yang erat dengan Pemerintah dan otoritas terkait guna memperkuat ketahanan sektor eksternal,” tandas Erwin.

Artikel Terkait

Pertumbuhan Ekonomi RI Kalah Tipis dari Vietnam, Unggul dari AS dan Korsel!

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - Ekonomi Indonesia tumbuh 5,12% secara tahunan...

Kabar Gembira, Ekonomi Indonesia Tumbuh 4,99% di Semester I 2025

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan perekonomian...

BPS, Inflasi Year on Year pada Juli 2025 sebesar 2,37%

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru