STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT United Tractors Tbk (UNTR) semakin serius memperkuat bisnis emas. Perusahaan ini resmi meneken perjanjian jual beli saham bersyarat atau conditional share sale and purchase agreement (CSPA) untuk mengakuisisi PT Arafura Surya Alam (ASA). ASA merupakan anak usaha dari PT J Resources Nusantara.
Akuisisi ini dilakukan lewat dua anak usaha UNTR, PT Danusa Tambang Nusantara (DTN) dan PT Energia Prima Nusantara (EPN). DTN mengambil alih 99,99996% saham ASA dari PT J Resources Nusantara, sedangkan EPN membeli 0,00004% saham ASA dari Jimmy Budiarto serta 0,2% saham PT Mulia Bumi Persada (MBP).
Investor Relation UNTR, Ari Setiawan, mengatakan akuisisi ini sejalan dengan pengembangan portofolio perseroan. “Sejalan dengan strategi diversifikasi kita, yaitu untuk pengembangan portofolio khususnya kapasitas untuk ekspansi di sektor mineral,” ujarnya di Jakarta, Kamis (25/9/2025).
Ari menjelaskan tambang ASA masih berstatus belum field dan belum terkoneksi. Setelah akuisisi rampung, UNTR berencana membangun dan merancang ulang infrastruktur serta fasilitas pengolahan. “Harapannya bisa produksi emas dan menambah portofolio kita di bisnis emas,” tambahnya.
UNTR saat ini sudah memiliki dua tambang emas. Tambang Martabe yang dioperasikan PT Agincourt Resources, di mana UNTR menguasai 95% saham, memiliki kapasitas produksi 220 ribu hingga 230 ribu ons per tahun. Sementara itu, Tambang Sumbawa Jutaraya (SJR) tahun ini diperkirakan memproduksi 18 ribu ons, dengan target jangka panjang bisa mencapai 35 ribu hingga 40 ribu ons per tahun.
PT ASA sendiri memiliki konsesi blok tambang Doup. Dari tambang ini, UNTR menargetkan produksi emas bisa mencapai 140 ribu hingga 155 ribu ons per tahun setelah infrastruktur selesai dibangun.
Terkait pendanaan, akuisisi akan dilakukan melalui PT Danusa Tambang Nusantara (DTN), holding mineral yang dimiliki UNTR dan anak usahanya PT Pamapersada Nusantara (PAMA). “Pembiayaan itu dari internal funding, baik dari UNTR maupun dari PAMA,” jelas Ari.
Proses akuisisi ASA saat ini masih dalam tahap CSPA. UNTR menargetkan transaksi bisa tuntas sebelum 24 Desember 2025. Setelah akuisisi, pembangunan infrastruktur dan fasilitas pengolahan ditargetkan selesai sehingga tambang ASA bisa mulai berproduksi pada 2028.
Rencananya, pabrik pengolahan yang akan dibangun memiliki kapasitas 3 juta ton bijih per tahun. Dari kapasitas ini, kontribusi produksi emas dari blok Doup diperkirakan mencapai 140 ribu hingga 155 ribu ons per tahun.
Jika digabungkan dengan produksi Martabe dan Sumbawa Jutaraya, UNTR memperkirakan kapasitas produksi emas perseroan bisa meningkat 1,5 kali lipat pada 2028. “Kalau kita jumlahkan, 220 atau 230 dari tambang emas Martabe ditambah sekitar 40 ribu dari tambang SJR pada tahun 2028, dibandingkan dengan kontribusi dari Doup, itu kira-kira kapasitas produksi emas kita akan naik 1,5 kali lipat di tahun 2028,” kata Ari.