STOCKWATCH.ID (LONDON) – Bursa saham Eropa menguat pada penutupan perdagangan Jumat (14/3/2025) waktu setempat. Penguatan ini terjadi setelah laporan menyebutkan bahwa para anggota parlemen Jerman semakin dekat untuk menyepakati reformasi aturan pembatasan utang negara.
Mengutip CNBC International, indeks Stoxx 600, yang mencakup saham-saham di seluruh Eropa ditutup naik 1,14%. Indeks DAX Jerman memimpin kenaikan dengan lonjakan 1,86%.
Laporan media menyebutkan bahwa Friedrich Merz, yang kemungkinan akan menjadi kanselir Jerman berikutnya, telah mendapatkan dukungan dari Partai Hijau untuk meningkatkan pinjaman publik guna menambah anggaran pertahanan. Kebijakan ini membutuhkan perubahan konstitusi dan harus mendapat dukungan dua per tiga anggota parlemen.
Meski ditutup menguat, Stoxx 600 tetap mencatat kerugian mingguan kedua berturut-turut. Investor regional masih memantau perkembangan kebijakan perdagangan antara Eropa dan Amerika Serikat.
Awal pekan ini, Uni Eropa mengumumkan akan membalas tarif 25% yang diberlakukan Presiden Donald Trump terhadap baja dan aluminium. Uni Eropa berencana menerapkan tarif balasan senilai 26 miliar euro (US$28 miliar) untuk produk impor dari AS, termasuk pakaian, alkohol, dan barang industri.
Trump langsung merespons dengan ancaman baru. Pada Kamis (13/3), ia mengancam akan mengenakan tarif 200% terhadap sampanye dan minuman beralkohol dari Uni Eropa. Ancaman ini sempat membuat pasar saham Eropa melemah sehari sebelumnya.
Di luar isu perdagangan, pejabat AS dan Rusia menyatakan adanya “optimisme hati-hati” terhadap kemungkinan perjanjian gencatan senjata di Ukraina.
Saham perusahaan juga menjadi perhatian investor. BMW ditutup melemah 0,7% setelah melaporkan laba tahunan 2024 turun 37% akibat berkurangnya permintaan dari China.
Saham Kering, perusahaan induk Gucci, anjlok hampir 11% setelah menunjuk Demna Gvasalia sebagai direktur artistik baru untuk merek fesyen yang sedang mengalami penurunan penjualan itu.
Data ekonomi dari Inggris juga memberi tekanan. Produk domestik bruto (PDB) negara itu secara tak terduga menyusut 0,1% pada Januari dibandingkan bulan sebelumnya. Para ekonom yang disurvei Reuters sebelumnya memperkirakan pertumbuhan sebesar 0,1%.