STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Wall Street melonjak tajam pada penutupan perdagangan Jumat (14/3/2025) waktu setempat atau Sabtu pagi (15/3/2025) WIB. Pasar saham Amerika Serikat (AS) ini menguat setelah tertekan sepanjang pekan. Indeks Dow Jones menguat signifikan usai investor merespons data ekonomi terbaru dan kebijakan bank sentral. Meski begitu, secara keseluruhan, pekan lalu tetap menjadi yang terburuk sejak 2023.
Mengutip CNBC International, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) di Bursa Efek New York melonjak 674,62 poin atau 1,66% menjadi 41.488,19. Indeks S&P 500 (SPX) menguat 117,42 poin atau 2,13% menyentuh 5.638,94. Sementara itu, Indeks komposit Nasdaq (IXIC) yang didominasi saham teknologi, naik signifikan 451,08 poin atau 2,61% mencapai 17.754,09.
Saham teknologi yang sempat anjlok awal pekan ini kembali pulih. Saham Nvidia melonjak lebih dari 5%. Tesla naik hampir 4%, sementara Meta Platforms menguat sekitar 3%. Saham Amazon dan Apple juga mengalami kenaikan.
Kenaikan pasar saham didorong oleh meredanya kekhawatiran investor terhadap kebijakan tarif yang sebelumnya mengguncang pasar. Tidak adanya berita baru dari Gedung Putih terkait tarif membuat pelaku pasar lebih tenang. Selain itu, investor juga mulai membeli saham setelah aksi jual besar-besaran pada Kamis (14/3).
Pada perdagangan Kamis, indeks S&P 500 sempat turun lebih dari 1% dan masuk ke dalam fase koreksi, yakni penurunan setidaknya 10% dari rekor tertinggi yang dicapai 16 hari sebelumnya. Nasdaq juga semakin dalam berada dalam zona koreksi, sedangkan indeks saham berkapitalisasi kecil, Russell 2000, mendekati zona bear market setelah turun hampir 20% dari puncaknya.
Meskipun menguat di akhir pekan, ketiga indeks utama tetap membukukan penurunan mingguan. Dow Jones turun sekitar 3,1% dan mencatat pekan terburuknya sejak Maret 2023. S&P 500 dan Nasdaq sama-sama turun lebih dari 2% dan mengalami kerugian mingguan keempat berturut-turut.
Selain faktor tarif, sentimen positif juga datang dari pernyataan Pemimpin Minoritas Senat AS, Chuck Schumer. Ia mengonfirmasi tidak akan menghalangi rancangan undang-undang pendanaan pemerintah yang diajukan oleh Partai Republik.
Namun, data terbaru dari University of Michigan menunjukkan kepercayaan konsumen masih tertekan akibat ketidakpastian ekonomi. Indeks sentimen konsumen turun ke level 57,9 pada Maret, lebih rendah dari ekspektasi ekonom yang memperkirakan 63,2.
“Sentimen konsumen memburuk, ekspektasi inflasi naik, dan imbal hasil obligasi Treasury 10 tahun meningkat. Seharusnya, pasar turun, tetapi banyak pelaku pasar masih menunggu apakah reli ini akan bertahan,” kata Thomas Martin, manajer portofolio di Globalt Investments.
Investor kini menantikan pertemuan kebijakan Federal Reserve pekan depan. Menurut CME’s FedWatch, probabilitas suku bunga tetap bertahan di level saat ini mencapai 97%.
“Kami ingin melihat suku bunga tidak naik. Jika The Fed mengumumkan pemangkasan tetapi pasar justru bereaksi sebaliknya, itu pertanda kurangnya kepercayaan,” tambah Martin.