STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Harga minyak mentah dunia kembali merosot tajam pada penutupan perdagangan hari Selasa (15/10/2024) waktu setempat atau Rabu pagi (16/10/2024) WIB. Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) tiba-tiba anjlok lebih dari 4% pada penutupan perdagangan hari ini. Penurunan ini terjadi setelah muncul laporan bahwa Israel tidak akan menyerang fasilitas minyak Iran. Sebelumnya, kekhawatiran pasar terhadap potensi gangguan pasokan minyak dari Timur Tengah sempat membuat harga melonjak.
Mengutip CNBC International, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November turun US$3,25 atau 4,4% menjadi US$70,58 per barel, di New York Mercantile Exchange.
Adapun harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember jatuh US$3,21 atau 4,14% mencapai US$74,25 per barel, di London ICE Futures Exchange.
Ketegangan di kawasan tersebut meningkat setelah Iran meluncurkan serangan rudal ke Israel. Namun, menurut pejabat AS, Israel hanya akan menargetkan fasilitas militer Iran, sementara fasilitas minyak dan nuklir Iran tidak masuk dalam daftar target. Kabar ini membuat pasar lebih tenang, sehingga harga minyak pun turun.
Meski harga minyak saat ini turun, para analis memperingatkan potensi eskalasi situasi di Timur Tengah. Jika Israel memutuskan melakukan serangan besar ke fasilitas militer Iran, respons dari Iran bisa memicu gangguan pasokan minyak global yang lebih serius.
“Risiko geopolitik mungkin mereda untuk saat ini, tetapi jika ada eskalasi yang mempengaruhi pasokan minyak, Arab Saudi kemungkinan akan lebih berhati-hati dalam mengisi kekosongan tersebut,” ujar Helima Croft, Kepala Strategi Komoditas Global di RBC Capital Markets.
Dalam laporan terbaru, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) menurunkan proyeksi permintaan minyak global untuk tahun 2024. Sementara itu, International Energy Agency (IEA) memprediksi pertumbuhan permintaan minyak hanya di bawah 900.000 barel per hari pada 2024 dan 1 juta barel per hari pada 2025. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan periode setelah pandemi yang mencatat pertumbuhan hingga 2 juta barel per hari.
Di sisi lain, konsumsi minyak di Tiongkok juga mengalami penurunan sekitar 500.000 barel per hari pada Agustus lalu. Produksi minyak AS diperkirakan akan tumbuh 1,5 juta barel per hari baik tahun ini maupun tahun depan.
Meskipun demikian, IEA menegaskan bahwa anggotanya siap mengambil tindakan jika terjadi gangguan pasokan dari Timur Tengah. Namun, hingga kini, pasokan minyak global tetap lancar, dan pasar diperkirakan akan menghadapi surplus minyak pada tahun depan.