STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Harga minyak mentah dunia mengalami kenaikan pada penutupan perdagangan Jumat (7/3/2025) waktu setempat atau Sabtu pagi (8/3/2025) WIB. Peningkatan ini terjadi setelah Presiden AS, Donald Trump, mengancam akan menjatuhkan sanksi baru terhadap Rusia. Meski sempat menyentuh level tertinggi dalam sesi perdagangan, harga minyak akhirnya terkoreksi.
Mengutip CNBC International, harga minyak mentah berjangka Brent, naik US$1,04 atau 1,5% menjadi US$70,50 per barel, di London ICE Futures Exchange.
Adapun harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) menguat 68 sen atau 1,02% mencapai US$67,04 per barel, di New York Mercantile Exchange.
Sebelumnya, Brent sempat melonjak hingga US$71,40 dan WTI menyentuh US$68,22.
Kenaikan harga minyak terjadi setelah Wakil Perdana Menteri Rusia, Alexander Novak, mengonfirmasi bahwa OPEC+ tetap berencana menaikkan produksi pada April. Namun, ia juga mengisyaratkan bahwa langkah lanjutan, termasuk pengurangan produksi, masih bisa dipertimbangkan.
“Jika Anda tidak suka harga minyak sekarang, tunggu sebentar,” kata Phil Flynn, analis senior Price Futures Group.
Menurut Flynn, ancaman sanksi terhadap Rusia telah mendominasi sentimen pasar, bahkan mengalahkan berita soal negosiasi gencatan senjata antara Israel dan Hamas.
Di sisi lain, harga minyak sempat tertekan setelah stok minyak mentah AS dilaporkan meningkat. Keputusan OPEC+ untuk menambah produksi sebanyak 138.000 barel per hari juga memicu kekhawatiran soal kelebihan pasokan.
Pasar minyak global masih dihantui ketidakpastian kebijakan perdagangan AS. Trump menangguhkan tarif 25% untuk sebagian besar barang dari Kanada dan Meksiko hingga 2 April, tetapi tetap memberlakukan tarif baja dan aluminium mulai 12 Maret.
Investor kini terus mencermati perkembangan kebijakan AS, termasuk kemungkinan pengetatan ekspor minyak Iran. Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menegaskan bahwa Washington berencana menekan ekspor minyak Iran hingga mendekati nol. Bahkan, ada wacana untuk melakukan inspeksi terhadap kapal tanker Iran di laut.
Di tengah ketidakpastian ini, harga minyak masih berfluktuasi tajam. “Pasar masih berjalan di atas tali, di antara ketidakpastian kebijakan dan kekhawatiran kelebihan pasokan,” kata Mukesh Sahdev dari Rystad Energy.