STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Wall Street menguat pada penutupan perdagangan Jumat (7/3/2025) waktu setempat atau Sabtu pagi (8/3/2025) WIB. Meski begitu, pasar saham Amerika Serikat ini mencatat pekan terburuk sejak September.
Mengutip CNBC International, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) di Bursa Efek New York naik 222,64 poin atau 0,52% menjadi 42.801,72. Indeks S&P 500 (SPX) menguat 31,69 poin atau 0,56% menuju posisi 5.770,2. Sementara itu, indeks komposit Nasdaq (IXIC) yang didominasi saham teknologi, melonjak 126,97 poin atau 0,71% mencapai 18.196,23
Indeks S&P 500 turun 3,1% minggu lalu, sementara Nasdaq Composite merosot 3,5%, dan Dow Jones Industrial Average kehilangan 2,4%.
Perdagangan hari Jumat sangat fluktuatif. Dow sempat jatuh lebih dari 400 poin sebelum reli di sore hari. S&P 500 dan Nasdaq juga turun lebih dari 1% pada titik terendah hari itu.
Laporan pekerjaan yang lebih lemah dari perkiraan menambah kekhawatiran tentang pelemahan ekonomi. Nonfarm payrolls meningkat 151.000 pekerjaan pada Februari, di bawah perkiraan konsensus 170.000. Tingkat pengangguran naik menjadi 4,1%.
Kebijakan tarif Presiden Donald Trump menambah ketidakpastian pasar. Pada Kamis, Trump mengumumkan pengecualian sementara untuk barang-barang tertentu dari Kanada dan Meksiko hingga 2 April. Langkah ini mengurangi kekhawatiran, tetapi ketidakpastian tetap tinggi.
Glen Smith, Chief Investment Officer di GDS Wealth Management, mengatakan, “Pasar tidak menyukai ketidakpastian.” Ia menambahkan bahwa investor harus bersiap untuk volatilitas lanjutan hingga ketidakpastian ini mereda.
Menteri Keuangan Scott Bessent mengakui bahwa ekonomi mungkin mulai “melambat sedikit.” Namun, ia menyebut hal itu sebagai transisi dari kebijakan pemerintahan sebelumnya. Bessent menegaskan bahwa tarif yang diterapkan akan menjadi “penyesuaian harga satu kali” dan tidak memicu inflasi berkepanjangan.