STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Vale Indonesia Tbk (INCO), perusahaan di bidang pertambangan dan pengolahan nikel membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$37,286 juta di semester I 2024. Hasil ini turun 82,06% dibandingkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$207,800 juta pada semester I 2023. Merosotnya laba seiring pendapatan INCO sepanjang semester I 2024.
Menurut laporan keuangan INCO per Juni 2024 yang diumumkan di laman BEI, Senin (29/7/2024), pendapatan Perseroan tercatat US$478,750 juta pada semester I 2024. Angka ini turun 27,35% dari pendapatan INCO sebesar US$658,967 juta pada semester I 2023.
Meski beban pokok turun 4,86% dari US$438,492 juta menjadi US$417,163 juta, laba kotor INCO tetap merosot sebesar 72,07% dari US$220,475 juta menjadi US$61,587 juta per Juni 2024. Adapun laba usaha INCO tergerus 74,67% dari US$192,916 juta menjadi US$48,874 juta per Juni 2024.
Meski kinerja keuangan INCO mengalami penurunan, volume produksi bijih nikel sepanjang semester I 2024 meningkat menjadi 34.774 metrik ton dibanding periode sama pada tahun 2023 sebanyak 33.691 metrik ton.
Febriany Eddy, CEO dan Presiden Direktur INCO, mengatakan, sejalan dengan kenaikan produksi, penjualan nikel matte juga naik menjadi 35.680 per akhir Juni 2024 dibandingkan tahun sebelumnya 33.221 ton.
Harga realisasi rata-rata bijih nikel turut menjadi beban perseroan karena mengalami penurunan sepanjang semester I 2024 sekitar US$13.416 per ton, dibanding periode sama pada tahun sebelumnya US$19.836 per ton.
“Meskipun kondisi pasar yang tidak menentu, kami tetap berkomitmen untuk mengoptimalkan kapasitas produksi, meningkatkan efisiensi, dan mengurangi biaya,” tulis Febriany dalam keterangan resmi, Senin (29/7/2024).
Febriany optimistis perusahaan akan terus meningkatkan produksi dan efisiensi biaya pada paruh semester kedua. Pihaknya telah menyusun strategi bisnis untuk mengintegrasikan operasional usaha.
“Memasuki semester kedua tahun ini, kami akan terus proaktif mendorong inisiatif penghematan biaya. Untuk memastikan biaya tunai per unit tetap kompetitif dalam upaya menghasilkan margin yang sehat,” tutup Febriany. (yan)