STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Mayoritas Bursa saham Wall Street berjatuhan pada penutupan perdagangan hari Selasa (27/9) waktu setempat. Menurut Edwin Sebayang, Pengamat Pasar Modal, hal ini merupakan respons para pelaku pasar yang masih terus mengantisipasi terjadinya penurunan earning emiten sebagai dampak Resesi Ekonomi yang akan terjadi di Amerika Serikat (AS).
“Selama enam hari perdagangan Indeks DJIA turun tajam sebesar -1884.8 pts/-6.22%,” ujarnya, dalam laporan riset di Jakarta, Rabu (28/9).
Dimas wahyu, analis Bahana Sekuritas menuturkan, pelemahan Bursa AS dipicu oleh pernyataan pejabat The Fed yang memberi sinyal kenaikan suku bunga hingga akhir tahun ini.
“Bursa saham Wallstreet ditutup melemah setelah sinyal dari pejabat The Fed yang menyatakan bahwa suku bunga AS bisa mencapai level di atas 4% sampai akhir tahun,” tuturnya.
Hariyanto Wijaya, Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia menambahkan, indeks ekuitas AS ditutup beragam pada hari Selasa karena investor mencerna data ekonomi dan komentar terbaru dari pejabat Fed AS. Kemarin pagi, lanjut dia, Presiden Fed St. Louis James Bullard mengatakan inflasi adalah “masalah serius” yang harus ditangani oleh bank sentral.
Pada saat yang sama, demikian Hariyanto, Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari menegaskan kembali perlunya bukti yang meyakinkan tentang penurunan inflasi sebelum memangkas suku bunga.
“Sebaliknya, Presiden Fed Chicago Charles Evans mengisyaratkan kekhawatiran atas langkah cepat kenaikan suku bunga bank sentral,” terangnya.
Maxi Liesyaputra, Research Analyst BNI Sekuritas, mengemukakan hal senada. Menurutnya, pelemahan ini seiring dengan sikap investor yang bersiap menghadapi kebijakan The Fed kembali menaikan suku bunga.
“Wall Street mencatat penurunan pada malam sebelumnya,” jelasnya.
Kemarin Indeks Dow Jones Industrial Average (DJI) ditutup melemah 0,43%. Hal yang sama juga terjadi dengan S&P 500 dimana mengalami penurunan 0,21%. Sementara itu, indeks Nasdaq menguat sebesar 0,25%. Adapun indeks S&P 500 mencapai titik terendahnya selama tahun 2022.