STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Bursa Efek Indonesia (BEI) angkat bicara terkait penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Untuk diketahui, pada penutupan perdagangan Rabu (12/6/2024), IHSG kembali ditutup melemah 5,594 poin atau turun tipis 0,08% menjadi 6.850,097 dari penutupan Selasa (11/6/2024) di posisi 6.855,691. Ini merupakan penurunan IHSG terendah sepanjang tahun ini.
Irvan Susandy, Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota BEI mengatakan, berdasarkan analisis dari Morgan Stanley, ada dua faktor utama di balik penurunan IHSG. Pertama, penguatan dolar AS terhadap rupiah. Kedua, terkait permasalahan dalam kebijakan fiskal. Penguatan mata uang dolar AS tidak hanya mempengaruhi rupiah, tapi juga mata uang negara lain.
Dari segi kebijakan fiskal, data dari Kementerian Keuangan menunjukkan bahwa hingga akhir April 2024, utang Indonesia mencapai Rp8.338,43 triliun dengan rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 38,64%. Meskipun terjadi penurunan dari akhir 2023 yang mencapai 38,98%, rasio utang ini masih berada di bawah ambang batas maksimum 60% yang diatur dalam Undang-Undang.
“Kita melihat dua hal yang disorot Morgan Stanley adalah penguatan USD terhadap Rupiah dan masalah kebijakan fiskal merupakan faktor utama penurunan IHSG, walaupun kemarin penurunan IHSG hanya 0,08%,” ujar Irvan, kepada media, di Jakarta, Kamis (13/6/2024).
Irvan menegaskan bahwa bursa sedang melakukan langkah-langkah strategis untuk meningkatkan minat pasar. BEI sedang mempersiapkan beberapa inisiatif baru yang direncanakan diluncurkan tahun ini, seperti short selling, single stock futures, dan put warrant (structured warrant). Langkah ini diharapkan dapat menambah variasi instrumen perdagangan bagi para investor. “Kami berharap ini bisa menambah pilihan instrumen trading bagi para investor,” pungkasnya.