STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar AS anjlok ke level terendah dalam tiga bulan pada penutupan perdagangan Selasa (4/3/2025) waktu setempat atau Rabu pagi (5/3/2025) WIB. Kekhawatiran perlambatan ekonomi dan dampak perang tarif membuat investor cemas.
Mengutip CNBC International, Presiden Donald Trump resmi menerapkan tarif 25% untuk barang impor dari Kanada dan Meksiko. Selain itu, tarif barang dari Tiongkok juga dinaikkan dua kali lipat menjadi 20%.
Tiongkok langsung merespons dengan menerapkan tarif tambahan 10%-15% untuk beberapa produk AS mulai 10 Maret. Kanada dan Meksiko juga berencana membalas dengan tarif serupa.
Pasar semakin yakin Trump serius dengan kebijakan ini, bukan sekadar ancaman. Akibatnya, investor mulai mempertimbangkan kemungkinan perlambatan ekonomi AS dan global.
Reaksi pasar kali ini mengejutkan. Secara teori, dolar seharusnya menguat karena negara lain harus melemahkan mata uangnya untuk meningkatkan ekspor. Namun, yang terjadi justru sebaliknya.
“Reaksi terhadap tarif ini sangat mengejutkan,” kata Brian Daingerfield, Strategis Valas di Natwest Markets, New York.
“Kita melihat dolar melemah, yang mencerminkan asumsi pasar bahwa tarif ini tidak hanya berdampak negatif pada pertumbuhan eksternal, tetapi juga bisa memperlambat ekonomi AS,” tambahnya.
Indeks dolar AS turun 0,8% ke level 105,93, posisi terendah sejak 6 Desember.
“Dengan pelebaran tarif ke Kanada dan Meksiko, aktivitas ekonomi AS yang lemah saat ini menghambat dolar untuk menguat,” kata Chris Turner, Kepala Pasar Global di ING.
Investor beralih ke aset safe haven seperti yen Jepang dan franc Swiss. Sementara itu, dolar Kanada menguat tipis, dengan kurs dolar AS terhadap dolar Kanada berada di C$1,4479 setelah sempat menyentuh C$1,4541.
Peso Meksiko turun 0,6%, dengan dolar diperdagangkan di 20,815 peso setelah sempat menyentuh level terendah sejak 3 Februari.
Beberapa analis masih berharap tarif ini tidak akan berlangsung lama. “Pergerakan harga menunjukkan pasar masih optimis tarif ini bisa dicabut dalam waktu dekat untuk mengurangi gangguan perdagangan dan ekonomi,” kata Lee Hardman, Analis Mata Uang Senior di MUFG.
Euro melonjak 0,8% ke US$1,057, level tertinggi sejak 10 Desember. Kenaikan ini didorong oleh absennya tarif baru terhadap Uni Eropa serta penyempitan selisih imbal hasil obligasi AS dan zona euro.
Imbal hasil obligasi zona euro meningkat dibandingkan AS karena kebijakan Trump yang mengurangi dukungan untuk Ukraina, memicu ekspektasi peningkatan belanja pertahanan.
Investor kini menunggu pertemuan kebijakan Bank Sentral Eropa pada Kamis, di mana pasar memperkirakan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin.
Imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun turun ke level 4,106%, terendah sejak 21 Oktober.
Poundsterling naik ke level tertinggi 11 minggu di US$1,2753, dan terakhir naik 0,5% ke US$1,2765.
Trump juga memperingatkan Jepang dan Tiongkok agar tidak melemahkan mata uang mereka karena dianggap merugikan AS.
Dolar AS turun 0,4% ke 148,92 yen, setelah sempat menyentuh 148,07, level terendah sejak 8 Oktober.
Yuan Tiongkok menguat ke 7,265 per dolar setelah bank sentral negara itu terus memberikan panduan resmi yang mendukung penguatan mata uangnya.
Di pasar kripto, Bitcoin turun 1,71% ke US$83.829,10 setelah sempat mendekati US$95.000 pada akhir pekan. Ethereum juga melemah 0,55% ke US$2.098,51.