STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Selama dua hari berturut-turut ini harga minyak dunia merosot pada penutupan perdagangan Rabu (15/2/2023). Anjloknya harga komoditas tersebut dipicu oleh beragam faktor. Diantaranya adalah meningkatnya persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS) dan penguatan nilai tukar dolar AS.
Berdasarkan laporan Energy Information Administration (EIA) terungkap, cadangan minyak AS melonjak 16,3 juta barel pekan lalu jadi 471,4 juta barel. Ini merupakan jumlah terbesar sejak Juni 2021. Adapun kenaikan tersebut lebih tinggi dari ekspektasi para analis yang semula memperkirakan peningkatan 1,2 juta barel.
Adapun indeks dolar AS menguat 0,56% menjadi 103,81. Ini menyebabkan komoditas yang diperdagangkan dalam mata uang Negara Paman Sam tersebut seperti minyak mentah, jadi lebih mahal bagi pemilik dana dalam mata uang lain.
Turunnya harga minyak mentah juga disebabkan oleh kekhawatiran para pelaku pasar terhadap kenaikkan suku bunga AS.
Mengutip Reuters, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret 2023 melemah 47 sen (0,65) menjadi US$78,59 per barel di New York Mercantile Exchange.
Adapun harga minyak mentah Brent untuk pengiriman April 2023 turunt 20 sen (0,2%) menjadi US$85,38 per barel di London ICE Futures Exchange.