Rabu, Januari 22, 2025
24.5 C
Jakarta

BI: Kredit Perbankan Tumbuh Tinggi pada Awal 2024

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) Bank Indonesia (BI) mengemukakan, kredit perbankan pada awal 2024 tumbuh tinggi. Hal itu dikemukakan Perry Warjiyo, Gubernur BI dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (21/2/2024).

Perry menyampaikan, pertumbuhan kredit pada Januari 2024 sebesar 11,83% (yoy). Ini didorong oleh masih kuatnya sisi penawaran dan permintaan. Dari sisi penawaran, kapasitas permodalan perbankan yang kuat dan likuiditas yang memadai turut menopang peningkatan kredit.

Ketersediaan likuiditas perbankan tercermin pada tingginya rasio AL/DPK sebesar 27,79% dan didukung pula oleh kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) BI, khususnya bagi bank-bank yang menyalurkan kredit pada sektor-sektor prioritas.

Untuk menyikapi funding gap sejalan dengan pertumbuhan DPK sebesar 5,80% dan agar tetap menjaga kapasitas penyaluran kredit, bank-bank menempuh dua strategi utama, yaitu realokasi alat likuid dari surat-surat berharga dan penguatan pendanaan non-DPK.

Bank memiliki preferensi untuk mendorong penyaluran kredit pada sektor potensial yang menjadi ekspertise bank dan sesuai risk appetite, antara lain ke sektor perdagangan besar dan eceran, industri, pertanian, jasa dunia usaha, dan konsumsi.

“Secara umum, sektor-sektor tersebut menunjukan kinerja usaha korporasi yang baik, mendorong terjaganya kemampuan membayar. Berdasarkan kelompok penggunaan, pertumbuhan kredit ditopang oleh kredit investasi dan kredit modal kerja, masing-masing sebesar 13,39% (yoy) dan 12,26% (yoy), diikuti kredit konsumsi yang tumbuh sebesar 9,64% (yoy),” katanya.

Dari sisi permintaan, demikian Perry, peningkatan kredit didorong oleh terjaganya kinerja korporasi dan rumah tangga. Sementara s​ecara sektoral, pertumbuhan kredit terutama terjadi pada sektor Pertambangan, Jasa Sosial, dan Jasa Dunia Usaha.

Pembiayaan syariah terus melanjutkan pertumbuhan tinggi, yaitu mencapai 15,67% (yoy) pada Januari 2024, sementara kredit UMKM tumbuh sebesar 8,97% (yoy). Ke depan, pertumbuhan kredit 2024 diperkirakan meningkat di kisaran 10-12%.

“BI terus memperkuat efektivitas implementasi kebijakan makroprudensial yang akomodatif, dan meningkatkan sinergi dengan Pemerintah, otoritas keuangan, Kementerian/Lembaga, perbankan, serta pelaku dunia usaha,” terang Perry.

Perry menambahkan, ketahanan perbankan tetap kuat. Likuiditas perbankan memadai. Ini tecermin dari rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) pada Januari 2024 yang terjaga tinggi pada 27,79%. Pengelolaan likuiditas perbankan juga semakin baik. Ini sejalan dengan tingginya penempatan perbankan pada surat berharga yang tergolong likuid.

Penguatan strategi operasi moneter yang pro-market, antara lain melalui perdagangan SRBI di pasar sekunder, memberikan fleksibilitas bank dalam mengelola likuiditas dan turut menjaga kapasitas pembiayaan perbankan (lending capacity).

Dari sisi permodalan, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) tercatat pada level yang tinggi sebesar 27,66% pada Desember 2023, ditopang rasio kredit bermasalah perbankan (Non-Performing Loan/NPL) yang tercatat rendah, sebesar 2,19% (bruto) dan 0,71% (neto).

Ketahanan perbankan yang kuat tersebut didukung oleh kemampuan bayar korporasi dan rumah tangga yang tetap baik, terlihat dari penjualan korporasi dan ekspektasi penghasilan rumah tangga yang terus membaik. Hasil stress-test BI juga menunjukkan ketahanan perbankan tetap kuat dalam menghadapi berbagai risiko ketidakpastian ke depan. BI akan terus memperkuat sinergi kebijakan bersama KSSK dalam memitigasi berbagai risiko tersebut yang berpotensi mengganggu stabilitas sistem keuangan.

 

Sementara itu, kinerja transaksi ekonomi dan keuangan digital tetap kuat didukung oleh sistem pembayaran yang aman, lancar, dan andal. Pada Januari 2024, nilai transaksi digital banking tercatat sebesar Rp5.335,33 triliun atau tumbuh 17,19% (yoy). Nilai transaksi Uang Elektronik (UE) meningkat 39,28% (yoy) mencapai Rp83,37 triliun.

Nominal transaksi QRIS tercatat tumbuh 149,46% (yoy) dan mencapai Rp31,65 triliun, dengan jumlah pengguna 46,37 juta dan jumlah merchant 30,88 juta, yang sebagian besar merupakan UMKM. Nilai transaksi pembayaran menggunakan kartu ATM, kartu debit, dan kartu kredit mencapai Rp692,32 triliun atau naik sebesar 2,58% (yoy).

Dari sisi pengelolaan uang Rupiah, jumlah Uang Kartal Yang Diedarkan (UYD) pada Januari 2024 meningkat 9,21% (yoy) menjadi Rp1.015,68 triliun. Sementara itu, kelancaran dan keandalan Sistem Pembayaran Bank Indonesia (SPBI) terjaga baik didukung kondisi likuiditas yang memadai.

SPBI berjalan dengan lancar, aman, dan andal serta didukung oleh risiko likuiditas dan risiko operasional yang terjaga. “BI terus memastikan ketersediaan uang Rupiah dalam jumlah yang cukup dengan kualitas yang layak edar di seluruh wilayah NKRI khususnya dalam menyambut Ramadan dan Idulfitri 1445 H melalui program Semarak Rupiah Ramadan dan Berkah Idulfitri (SERAMBI) 2024,” kata Perry.

Artikel Terkait

Mandiri Group Ungkap Dampak Trump 2.0 bagi Investasi dan Pasar Saham Indonesia

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - Donald Trump resmi dilantik sebagai Presiden...

Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Akhir 2024 Naik, Awal 2025 Diprediksi Tetap Kuat!

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Penyaluran kredit baru di triwulan IV...

Triwulan I 2025, Kegiatan Dunia Usaha Diperkirakan Tetap Tumbuh

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Anda tidak dapat copy content di situs ini