STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Dolar AS menguat pada penutupan perdagangan Jumat (6/12/2024) waktu setempat atau Sabtu pagi (7/12/2024) WIB, setelah data terbaru tentang pasar tenaga kerja di AS dirilis. Data tersebut menunjukkan sedikit kenaikan tingkat pengangguran pada November, tetapi penambahan lapangan pekerjaan sesuai dengan perkiraan. Hal ini memperbesar kemungkinan bahwa Federal Reserve (The Fed) akan menurunkan suku bunga pada pertemuan Desember mendatang.
Mengutip CNBC International, pada bulan November, nonfarm payrolls AS bertambah sebanyak 227.000 pekerjaan, lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya yang hanya 200.000. Revisi data bulan Oktober menunjukkan kenaikan 36.000 pekerjaan. Ekonom yang disurvei Reuters sebelumnya memprediksi kenaikan antara 155.000 hingga 275.000 pekerjaan.
Namun, meskipun lapangan kerja meningkat, tingkat pengangguran sedikit naik menjadi 4.2%, setelah sebelumnya stabil di 4.1% selama dua bulan berturut-turut. “Data pekerjaan ini tidak terlalu kuat, tetapi masih sejalan dengan rata-rata. Ini semakin menguatkan spekulasi bahwa The Fed bisa menurunkan suku bunga sebesar seperempat poin pada Desember,” kata Paul Christopher, Kepala Strategi Investasi Global di Wells Fargo Investment Institute.
Setelah data dirilis, dolar AS diperdagangkan mendekati level 150 yen. Pada penutupan pasar, dolar sedikit turun 0.1% menjadi 149.95 yen, sementara euro melemah 0.2% menjadi US$1.06. Indeks dolar yang mengukur nilai dolar terhadap enam mata uang utama naik 0.3%, setelah sebelumnya sempat turun ke level terendah dalam tiga minggu.
Futures suku bunga AS saat ini menunjukkan 87% kemungkinan bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan Desember. Ini meningkat dari 70% sebelum data dirilis. Peluang penundaan suku bunga kini hanya 13%, turun dari 30%.
Di Asia, dolar AS juga menguat terhadap won Korea Selatan. Dolar naik 0.6% menjadi 1,423.56 won, dipicu oleh laporan mengenai kemungkinan deklarasi darurat militer di Korea Selatan. Meski otoritas Korea Selatan menjanjikan “likuiditas tanpa batas” untuk menstabilkan kondisi, situasi politik yang tidak stabil ini membuat pasar tetap waspada.