STOCKWATCH.ID (CHICAGO) – Harga emas dunia turun lebih dari 1% pada penutupan perdagangan Senin (8/7/2024) waktu setempat atau Selasa pagi (9/7/2024) WIB. Penurunan ini terjadi karena adanya rally risk-on di pasar saham dan aksi ambil untung oleh investor setelah kenaikan tajam pada sesi sebelumnya. Sebelumnya, harga emas naik karena ekspektasi Federal Reserve AS akan memotong suku bunga pada bulan September.
Mengutip CNBC International, harga emas spot turun 1,5% menjadi US$2.354,59 per ons. Sebelumnya, emas sempat mencapai level tertinggi sejak 22 Mei pada hari Jumat. Harga emas berjangka AS juga turun 1,5% menjadi US$2.362,70.
Bob Haberkorn, ahli strategi pasar senior di RJO Futures, mengatakan penurunan ini akibat aksi ambil untung dan pasar saham yang kuat bersaing dengan logam mulia.
Haberkorn menambahkan bahwa harga emas akan naik berdasarkan prediksi bahwa Fed akan memotong suku bunga. Alat pengawasan Fed memperkirakan pemotongan suku bunga pada September dan kemungkinan pemotongan lain pada November dan Desember, yang akan menguntungkan emas.
Data pekan lalu menunjukkan pasar tenaga kerja melemah, yang menjaga bank sentral AS tetap pada jalur untuk mulai memotong suku bunga. Saat ini, pasar memperkirakan ada kemungkinan 71% bahwa Fed akan memotong suku bunga pada bulan September dan pemotongan lain pada bulan Desember.
Kyle Rodda, analis pasar keuangan di Capital.com, mengatakan jika data inflasi menunjukkan penurunan yang konsisten, maka itu akan menjadi angin segar bagi emas.
Pekan ini, investor akan fokus pada kesaksian setengah tahunan Ketua Fed Jerome Powell di hadapan Kongres, komentar dari serangkaian pejabat Fed, dan data inflasi AS yang akan dirilis pada hari Kamis.
Sementara itu, bank sentral China, yang merupakan konsumen utama emas, tidak menambah cadangan emasnya untuk bulan kedua berturut-turut pada bulan Juni.
Harga perak spot turun 1,8% menjadi US$30,64 per ons, platinum turun 2,5% menjadi US$1.001,60, dan paladium turun 2% menjadi US$1.005,98.