STOCKWATCH.ID (CHICAGO) – Harga emas dunia mencetak rekor baru dengan menembus angka US$2.700 per ons. pada penutupan perdagangan hari Jumat (18/10/2024) waktu setempat atau Sabtu pagi (19/10/2024) WIB. Lonjakan harga ini dipicu oleh meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, ketidakpastian pemilihan presiden di Amerika Serikat, dan harapan akan kebijakan moneter yang lebih longgar.
Mengutip CNBC International, pada pukul 14:58 ET (18:58 GMT), harga emas spot tercatat naik 1% menjadi US$2.720,05 per ons. Dalam sepekan terakhir, harga emas telah melonjak 2,4%. Sementara itu, kontrak emas berjangka AS ditutup dengan kenaikan 0,8% di angka US$2.730.
Alexander Zumpfe, trader logam mulia dari Heraeus Metals Jerman, menjelaskan “konflik yang semakin intensif, terutama setelah pengumuman Hezbollah untuk meningkatkan pertempuran dengan Israel, membuat para investor berbondong-bondong mencari emas, yang dikenal sebagai aset aman.”
Ketegangan antara Israel, Hamas, dan Hezbollah semakin meningkat, dan harapan bahwa kematian seorang pemimpin militan Palestina dapat mempercepat akhir konflik kini sirna. Situasi ini mendorong investor untuk mencari aset aman seperti emas, terutama karena kekhawatiran tentang ketidakstabilan pasar global.
Zumpfe juga menambahkan “kekhawatiran mengenai pemilihan presiden AS dan antisipasi terhadap kebijakan moneter yang lebih longgar semakin memperkuat lonjakan ini.”
Sejak awal tahun, harga emas telah memecahkan rekor berkali-kali. Harapan untuk pemotongan suku bunga lebih lanjut oleh bank sentral dan ketidakpastian geopolitik telah mendorong harga emas naik lebih dari 30% sepanjang tahun ini. Ini merupakan pertumbuhan tahunan terbaik sejak 1979, menurut data LSEG.
Suku bunga yang lebih rendah meningkatkan daya tarik emas, karena emas tidak memberikan bunga. Sumber yang dikutip Reuters menyebutkan bahwa Bank Sentral Eropa (ECB) kemungkinan akan melakukan pemotongan lagi pada bulan Desember, kecuali ada data ekonomi yang menunjukkan sebaliknya. Pedagang juga memprediksi kemungkinan 92% untuk pemotongan suku bunga Federal Reserve pada bulan November, berdasarkan alat CME Fedwatch.
Max Layton, kepala penelitian komoditas global di Citi, memperkirakan harga emas dapat mencapai US$3.000 per ons dalam 6 hingga 12 bulan ke depan. Dia menjelaskan, emas kini menjadi tempat penyimpanan kekayaan di tengah ketidakpastian ekonomi di AS dan Eropa, yang meningkatkan permintaan untuk ETF dan investasi.
Tidak hanya emas, perak juga diperkirakan akan berkinerja baik, dengan harga yang dapat mencapai US$35 per ons dalam tiga bulan ke depan. Saat ini, harga perak telah naik 6% menjadi US$33,58. Platinum juga menunjukkan tren positif dengan kenaikan 2,4% menjadi US$1.016,25, sementara paladium naik sekitar 4% menjadi US$1.083,25.