STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Harga minyak mentah dunia kembali anjlok pada penutupan perdagangan hari Rabu (9/10/2024) waktu setempat atau Kamis pagi (10/10/2024) WIB.
Mengutip CNBC International, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November ditutup anjlok 33 sen atau 0,45% menjadi US$73,24 per barel, di New York Mercantile Exchange. Penurunan ini mengikuti aksi jual besar-besaran yang melanda pasar sehari sebelumnya.
Adapun harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember mengalami penurunan sebesar 60 sen atau 0,78%, mencapai US$76,58 per barel, di London ICE Futures Exchange. Meskipun mengalami penurunan, Brent masih relatif stabil sepanjang tahun ini.
Kenaikan harga minyak yang sempat terjadi akibat ketegangan di Timur Tengah kini mulai mereda. Ketidakpastian terkait respons Israel terhadap Iran setelah serangan rudal balistik pekan lalu membuat pasar energi bergerak dengan hati-hati. “Investor cenderung waspada, melihat perkembangan di kawasan tersebut,” ujar seorang analis pasar.
Situasi semakin rumit setelah pemerintah China gagal mengumumkan langkah-langkah stimulus ekonomi baru dalam konferensi pers pekan ini. Ini membuat harga energi tertahan dan pasar menunggu kabar lebih lanjut. “Pasar berharap akan ada langkah nyata untuk mendongkrak permintaan,” tambahnya.
Presiden AS Joe Biden juga terlibat dalam percakapan dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, pada Rabu pagi. Ketegangan meningkat menyusul ancaman serangan Israel terhadap Iran. Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, menyatakan bahwa serangan Israel akan “mematikan, tepat, dan sangat mengejutkan,” menurut laporan media Israel.
Sementara itu, patokan harga minyak global, Brent, untuk kontrak Desember mengalami penurunan sebesar 60 sen atau 0,78%, menjadi US$76,58 per barel. Meskipun mengalami penurunan, Brent masih relatif stabil sepanjang tahun ini.
Pada hari Selasa, harga minyak mentah terjun lebih dari 4%, yang menambah tekanan jual di pasar. Ryan Grabinski, Direktur Pelaksana di Strategas, mengatakan, “Untuk melihat harga energi naik kembali, kita perlu gangguan pasokan yang lebih signifikan.”
Walaupun harga saat ini turun, Goldman Sachs memperkirakan Brent bisa melesat antara US$10 hingga US$20 per barel jika serangan Israel mengganggu produksi minyak Iran.
Selain itu, laporan dari Energy Information Administration (EIA) menunjukkan cadangan minyak mentah AS naik sebesar 5,8 juta barel selama pekan yang berakhir 4 Oktober. Namun, stok bensin justru mengalami penurunan drastis sebesar 6,3 juta barel. “Pergerakan ini menambah tantangan bagi pasar,” tutup Grabinski.