STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Masa Penawaran Umum Perdana saham atau initial public offering (IPO) PT Maxindo Karya Anugerah Tbk (MAXI) berakhir hari ini, Kamis (8/6/2023). Calon emiten di bidang usaha industri makanan ringan ini memasang harga penawaran sebesar Rp100 per saham.
Dalam aksi korporasi ini, MAXI melepas sebanyak satu miliar saham baru yang merupakan saham biasa atau sebanyak 10,41% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO saham. Saham IPO ini terdiri dari 450 juta saham baru dan 550 juta saham milik KNP sebagai pemegang saham penjual (saham divestasi). DariIPO saham ini, MAXI berhasil mengantongi tambahan modal sebesar Rp100 miliar.
Bersamaan dengan IPO saham, MAXI juga menerbitkan satu miliar waran seri I. Setiap pemegang satu saham baru hasil IPO memperoleh satu waran seri I. Setiap pemegang satu waran seri I berhak membeli satu saham baru MAXI dengan harga pelaksanaan sebesar Rp100 per unit.
Menurut manajemen MAXI, dana IPO saham, setelah dikurangi biaya-biaya emisi seluruhnya untuk modal kerja Perseroan. Dana dari pelaksanaan waran seri I, jika dilaksanakan oleh pemegang waran, seluruhnya untuk modal kerja Perseroan.
Saham dan waran MAXI bernominal Rp10 per unit ini akan dicatatkan dan mulai diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 12 Juni 2023. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menerbitkan pernyataan efektif untuk PUP MAXI pada 31 Mei 2023.
Penjualan MAXI per 31 Oktober 2022 mencapai Rp91,623 miliar, turun 29% dari Rp129,111 miliar per 31 Oktober 2021. Ini karena terganggunya sistem logistik global yang mengakibatkan sulitnya memperoleh space maupun kontainer, mengingat penjualan Perseroan seluruhnya merupakan penjualan ekspor.
Seiring penjualan, laba usaha MAXI per 31 Oktober 2022 sebesar Rp2,623 miliar, merosot 84,2% dari Rp16,598 miliar per 31 Maret 2021. Hal ini terutama dikarenakan penurunan penjualan akibat terganggunya sistem logistik. Menurunnya laba usaha menyebabkan penurunan laba bersih Perseroan untuk tahun berjalan.
Sementara laba bersih periode berjalan per 31 Oktober 2022 sebesar Rp516,206 juta, terpangkas 95,3%, dari Rp10,913 miliar per 31 Oktober 2021. Hal ini terutama dikarenakan penurunan penjualan akibat terganggunya sistem logistik.