STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Bank KB Bukopin Tbk (BBKP) atau KB Bank mencatat rugi bersih sebesar Rp7,38 triliun sepanjang tahun 2024. Kerugian ini sebagian besar disebabkan oleh pencatatan beban non-recurring yang bertujuan memperkuat fondasi bisnis untuk meraih profitabilitas di tahun 2025.
Beban non-recurring tersebut meliputi pencatatan pajak tangguhan sebesar Rp1,42 triliun. Pajak ini berkaitan dengan potensi pemulihan Pajak Penghasilan (PPh) di masa depan akibat akumulasi rugi pajak yang belum dikompensasi.
Selain itu, KB Bank juga melakukan pencadangan atau impairment dari revaluasi anak usaha senilai Rp1 triliun. Langkah ini diambil untuk memperkuat neraca keuangan tanpa mempengaruhi struktur permodalan bank.
Direktur Utama KB Bank, Tom (Woo Yeul) Lee, optimistis strategi ini akan membawa KB Bank ke jalur profit. “Dengan berbagai pencapaian positif dan langkah-langkah strategis ini, kami optimis KB Bank dapat mencatatkan laba bersih di tahun 2025 dan menjadi salah satu layanan perbankan terbaik ke depannya,” ujarnya, dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat (14/3/2025).
Meskipun mencatat rugi, KB Bank terus menunjukan perbaikan kinerja di tengah proses transformasi sebagai bagian dari KB Financial Group (KBFG), salah satu institusi keuangan terbesar di Korea Selatan. Hingga 31 Desember 2024, KB Bank mencatatkan pertumbuhan positif di berbagai aspek bisnisnya.
Portofolio kredit lancar (normal loan) tumbuh 19,24% secara tahunan (year-on-year) dibandingkan 2023. Segmen wholesale naik 28,89%, sementara segmen ritel tumbuh 17,43%. Meski total kredit turun 6,17%, hal ini sejalan dengan strategi bank dalam memperbaiki kualitas aset. Rasio kredit berisiko atau loan-at-risk (LAR) berhasil ditekan ke 23,10% dari sebelumnya 39,77%.
Perbaikan kualitas aset juga terlihat dari turunnya rasio kredit bermasalah (NPL). NPL gross membaik menjadi 8,74% dari 9,70% pada tahun sebelumnya, sedangkan NPL net turun dari 4,95% menjadi 4,38%. Dari sisi likuiditas, dana murah (CASA) tumbuh 29,92% secara tahunan. Hal ini mendorong pertumbuhan dana pihak ketiga sebesar 2,85% serta meningkatkan rasio CASA menjadi 29,54% dari sebelumnya 23,39%. Rasio kecukupan likuiditas (LCR) pun terjaga di level 146,84%.
Dengan berbagai perbaikan tersebut, KB Bank membukukan pendapatan bunga bersih (NII) sebesar Rp909 miliar, tumbuh 49,20% secara tahunan. Pertumbuhan ini ditopang oleh kenaikan pendapatan bunga sebesar 12,20%, serta pengendalian beban bunga yang hanya meningkat 6,17%. Dengan pencapaian ini, margin bunga bersih (NIM) naik menjadi 1,31% dari sebelumnya 0,78%.
KB Bank juga berhasil menekan beban operasional lainnya sebesar 11,94% menjadi Rp1,80 triliun, turun dari Rp2,04 triliun pada 2023. Ini merupakan pertama kalinya sejak 2012 beban operasional berhasil ditekan di bawah Rp2 triliun.
Direktur Utama KB Bank, Tom (Woo Yeul) Lee, mengungkapkan optimismenya atas pencapaian ini. “KB Bank telah melalui berbagai tantangan berat dalam perjalanan transformasinya menuju lembaga keuangan yang sehat. Kami percaya bahwa KB Bank telah melewati bagian tersulit dan siap meraih pertumbuhan berkelanjutan. Kami berterima kasih atas dukungan penuh dari pemegang saham, nasabah, dan seluruh pemangku kepentingan, serta dedikasi dari karyawan yang terus menyertai perjalanan transformasi kami,” tandasnya.