STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Wall Street terperosok pada penutupan perdagangan hari Selasa (15/10/2024) waktu setempat atau Rabu pagi (16/10/2024) WIB.
Mengutip CNBC International, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) di Bursa Efek New York, AS merosot tajam 324,80 poin atau 0,75%, menjadi 42.740,42. Sebelumnya, indeks ini sempat mencetak rekor intraday sebelum mengalami penurunan besar. Indeks S&P 500 (SPX) juga melemah 44,59 poin atau 0,76% mencapai 5.815,26. Indeks komposit Nasdaq (IXIC) pun turun 187,10 poin atau 1,01% menyentuh 18.315,59.
Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh tekanan pada saham sektor semikonduktor. Saham ASML terjun 16% setelah CEO-nya menyatakan bahwa pelanggan mulai bersikap hati-hati, dan pemulihan industri berjalan lebih lambat dari perkiraan. Saham Nvidia dan AMD juga terkena dampak, masing-masing turun 4,7% dan 5,2%. ETF VanEck Semiconductor (SMH) bahkan mencatat penurunan terbesar sejak 3 September, turun 5,4%.
Tak hanya sektor teknologi, saham UnitedHealth juga jatuh 8,1% setelah perusahaan tersebut menurunkan proyeksi laba tahunan. Hal ini turut membebani pergerakan Dow Jones, yang terdiri dari 30 perusahaan besar.
Padahal sebelumnya, Wall Street sempat menikmati kenaikan yang membawa Dow dan S&P 500 ke level tertinggi sepanjang masa. Dow bahkan sempat menembus angka 43.000 untuk pertama kalinya. Namun, laporan laba kuartal ketiga yang bervariasi membuat pasar kembali tertekan.
Menurut data dari FactSet, sekitar 40 perusahaan dalam indeks S&P 500 telah merilis laporan keuangan kuartal ketiga, dan 80% dari perusahaan tersebut melampaui ekspektasi analis.
Meskipun Wall Street melemah hari ini, secara keseluruhan tiga indeks utama masih menunjukkan kenaikan selama bulan ini. Analis optimis bahwa pasar saham dapat mengatasi volatilitas musiman yang biasa terjadi. Namun, Terry Sandven, Kepala Strategi Ekuitas di U.S. Bank Wealth Management, mengingatkan bahwa saham masih rentan terhadap koreksi.
“Pasar saat ini berada di level sangat tinggi. Kita berada dalam fase beli tinggi, jual lebih tinggi, dengan S&P 500 di puncaknya,” kata Sandven kepada CNBC. “Mungkin kita sedang dalam koreksi kecil.”
Meski begitu, kuatnya laporan laba dan fundamental pasar yang solid diperkirakan akan menopang saham hingga akhir tahun. Sandven bahkan memprediksi bahwa S&P 500 dapat mencapai 6.000 poin pada akhir tahun, memberikan peluang kenaikan sekitar 3%.
“Ini adalah waktu yang menantang bagi investor saham. Kinerja ekuitas AS luar biasa tahun ini, namun tantangan seperti valuasi tinggi, isu politik, dan ketegangan global masih ada,” tambahnya.