STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Pemegang saham PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Perseroan, pada, Jumat 12 Januari 2024, telah menyetujui penerbitan saham baru atau right issue sebanyak 92,238 miliar saham seri B bernominal Rp100 per unit dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD).
Direksi WIKA, dalam keterangan tertulis, Selasa (16/1/2024) mengemukakan, bagi pemegang saham Perseroan yang tidak menggunakan haknya untuk memesan efek terlebih dahulu, maka pemegang saham tersebut akan terkena dilusi atas persentase kepemilikan saham Perseroan maksimum sebesar 30,45%.
Dana hasil penerbitan saham baru atau right issue tersebut, setelah dikurangi dengan biaya-biaya emisi, seluruhnya akan dipergunakan Perseroan untuk modal kerja dalam rangka penyelesaian Proyek Strategis Nasional (PSN) dan Proyek Ibukota Negara atai IKN serta untuk memperbaiki kondisi keuangan Perseroan.
Right issue ini diharapkan mampu memperkuat struktur permodalan Perseroan yang menjadi salah satu langkah stream penyehatan keuangan Perseroan sehingga dapat meningkatkan kinerja dan memperbaiki kondisi keuangan Perseroan. Selain itu dapat mendukung Perseroan untuk menyelesaikan proyek-proyek strategis nasional dan proyek-proyek Ibukota Negara secara tepat waktu
Per September 2023, WIKA masih merugi Rp5,8 triliun per September 2023, membengkak 20.804% dari rugi Rp27,96 miliar pada periode sama 2022. Kerugian tersebutantara lain disebabkan oleh beban lain-lain sebesar 658%, dari Rp595,95 miliar per September 2022, menjadi Rp4,5 triliun per September 2022.
Di samping beban lain-lain, kerugian emiten BUMN jasa konstruksi tersebut juga disebabkan oleh beban keuangan yang meningkat 192,29% menjadi Rp2,38 triliun per September 2023, dari Rp815,23 miliar per September 2022.
Kendati merugi, pendapatan WIKA naik 17,88% jadi Rp15,07 triliun pada Januari-September 2023, dari Rp12,79 triliun pada periode sama 2022. Penumbang terbesar pendapatan WIKA adalah bisnis infrastruktur dan gedung yakni Rp8,09 triliun. Adapun lini bisnis industri mengkontribusi pendapatan Rp3,4 triliun, serta bisnis energy dan industrial plant Rp2,58 triliun dan lainnya Rp800 miliar.