STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Harga minyak dunia naik lagi pada penutupan perdagangan Kamis (13/6/2024) waktu setempat atau Jumat pagi (14/6/2024) WIB. Data ekonomi terbaru menunjukkan inflasi di AS mulai mereda, membuka peluang bagi Federal Reserve untuk menurunkan suku bunga dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Mengutip CNBC International, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli naik 12 sen atau 0,15% menjadi US$78,62 per barel, di New York Mercantile Exchange.
Adapun harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus 2024, mendaki 15 sen atau 0,18% mencapai US$82,75 per barel, di London ICE Futures Exchange.
Menurut data dari Departemen Tenaga Kerja yang dirilis Kamis, harga grosir turun tak terduga sebesar 0,2% pada Mei setelah naik di April. Laporan ini muncul setelah data hari Rabu menunjukkan harga konsumen tidak berubah pada Mei.
Sepanjang minggu ini, harga minyak telah naik sekitar 4%. Kenaikan ini terjadi setelah penurunan minggu lalu akibat rencana OPEC+ untuk meningkatkan produksi pada kuartal keempat. Analis pasar minyak umumnya menganggap penurunan tersebut sebagai reaksi berlebihan.
Federal Reserve tetap mempertahankan besaran suku bunga acuan pada Rabu. The Fed diperkirakan hanya satu kali memangkas suku bunga acuan tahun ini, turun dari prediksi sebelumnya yakni sebanyak tiga kali penurunan. Suku bunga yang lebih rendah biasanya mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan permintaan minyak mentah. Penurunan suku bunga yang lebih sedikit tahun ini bisa berarti keuntungan yang lebih sedikit untuk minyak mentah.
AS melaporkan peningkatan mengejutkan dalam persediaan minyak sebesar 3,7 juta barel, padahal analis memperkirakan persediaan akan turun. Persediaan bensin juga naik sebesar 2,6 juta barel karena permintaan bahan bakar tetap lemah.
Tamas Varga, analis minyak dari broker PVM, mengatakan bahwa reaksi pasar dan kenaikan harga minyak menunjukkan bahwa peningkatan permintaan dan penurunan volume minyak yang disimpan di seluruh dunia hanya masalah waktu. Namun, seperti penurunan suku bunga, hal ini akan terjadi lebih lambat dari yang diharapkan dan jalannya tidak akan lurus.
Semakin banyak analis yang memperkirakan pasar minyak akan mengetat setidaknya hingga kuartal ketiga sebelum melonggar pada tahun 2025. Peter Low, analis di Redburn Atlantic, memperkirakan defisit minyak sebesar 1,7 juta barel per hari (bpd) pada kuartal ketiga dan 1,5 juta bpd pada kuartal keempat, sebelum menjadi surplus tahun depan.