STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia mendorong investor untuk mempertimbangkan investasi dalam instrumen reksa dana indeks yang berfokus pada sektor perbankan, seperti Reksa Dana Indeks STAR Infobank 15. Ini lantaran kinerja perbankan stabil dan prospeknya yang masih menjanjikan.
Arief Maulana, Head of Wealth Management Mirae Asset, menjelaskan bahwa Reksa Dana Indeks STAR Infobank 15 merupakan salah satu produk yang secara eksklusif mengalokasikan investasinya pada saham-saham sektor perbankan.
“Dengan prediksi kinerja sektor perbankan yang stabil seperti seperti sekarang ini, kami merekomendasikan reksa dana saham yang fokus pada saham-saham perbankan, salah satu yang fokus yaitu Reksa Dana Indeks STAR Infobank 15, yang tidak akan keluar dari saham perbankan karena mengacu pada indeks bank,” ujar Arief di acara Media Day: April by Mirae Asset Sekuritas, di Jakarta, Selasa (23/4/2024).
Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa dana kelolaan industri reksa dana mencapai Rp 501 triliun pada akhir tahun 2023. Salah satu faktor pendukung pertumbuhan industri reksa dana adalah peran agen penjual. Mirae Asset, sebagai salah satu Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) berlisensi OJK, memasarkan ratusan produk reksa dana terpilih dari sekitar 30 manajer investasi.
Arief juga menjelaskan bahwa dengan dukungan inovasi digital, Mirae Asset menyediakan aplikasi NAVI yang memudahkan investor ritel dan korporasi dalam berinvestasi. Reksa Dana Indeks STAR Infobank 15 dapat diakses melalui aplikasi NAVI, yang memungkinkan investor untuk memantau informasi pasar secara real-time.
Hanif Mantiq, CEO STAR AM, menegaskan bahwa sektor perbankan tetap menjadi primadona di pasar modal, dengan kinerja yang terus menunjukkan tren positif. Reksa Dana Indeks STAR Infobank 15 didasarkan pada indeks Infobank 15, yang terdiri dari 15 saham perbankan terbaik berdasarkan kriteria khusus seperti rating bank, tata kelola perusahaan yang baik, dan likuiditas.
Menurut Hanif, reksa dana indeks ini memiliki empat keistimewaan utama. Pertama, fokus pada sektor perbankan, mengingat proyeksi Indonesia sebagai ekonomi nomor 4 terbesar di dunia pada 2050, yang akan ditopang oleh sektor perbankan. Kedua, kinerja historisnya yang impresif, dengan kenaikan STAR Infobank15 mencapai rata-rata 11,5% per tahun dalam 10 tahun terakhir, mengungguli indeks saham lainnya seperti LQ45, IHSG, dan Sri-Kehati 2,3%-5,8%.
Ketiga, reksa dana ini menawarkan dividen yang menarik, dengan tren peningkatan dividen yield yang signifikan selama 5 tahun terakhir, diperkirakan mencapai 4,07% pada 2024, dengan rata-rata rasio pembayaran dividen sebesar 45,8%. Dan keempat, manajemen risiko yang efektif, dengan kenaikan imbal hasil sebesar 25,8% dalam 3 tahun terakhir, melampaui rata-rata indeks saham lainnya sekitar 6%. Meskipun pertumbuhannya signifikan, Indeks Infobank15 tetap mempertahankan risiko volatilitas yang terkendali dengan nilai beta sebesar 1,18, mendekati rata-rata indeks lainnya yang berada pada 1,14. Beta di atas 1 berarti semakin volatil dibanding acuan.
“Kami meyakini produk ini tidak hanya akan menawarkan kesempatan investasi yang berkualitas, tetapi juga akan memperluas jangkauan kami untuk menarik lebih banyak investor, terutama bagi investor yang berminat terhadap investasi di sektor perbankan Indonesia.”
Pada kesempatan tersebut, Rully Arya Wisnubroto, Chief Economist Mirae Asset Sekuritas Indonesia, menyatakan optimisme atas prospek sektor perbankan yang tetap menjanjikan. Dia mencatat bahwa pertumbuhan kredit di sektor perbankan diproyeksikan akan tetap tinggi, sejalan dengan proyeksi Bank Indonesia di kisaran 10 – 12%. Selain itu, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) juga mengalami peningkatan pada bulan Januari dan Februari, masing-masing sebesar 5,8% YoY dan 5,7% YoY, setelah tiga bulan terakhir di tahun 2023 yang tumbuh di bawah 4% YoY.
“Rasio kredit terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) masih relatif terjaga di bawah 85%, dan tingkat kredit tidak lancar (NPL) juga tetap rendah, memberikan ruang bagi peningkatan pertumbuhan kredit,” ujar Rully dalam acara Media Day.
Dia menambahkan bahwa kondisi ini merupakan hasil dari kebijakan makroprudensial pemerintah yang pro-growth. Pertumbuhan kredit pada bulan Januari 2024 mencapai 11,8% YoY, tertinggi dalam hampir 5 tahun terakhir, sementara pada bulan Februari 2024, meskipun sedikit lebih rendah, masih tergolong tinggi sebesar 11,3% YoY. Tingkat Gross Non-Performing Loans (NPL) pada periode yang sama juga tetap rendah, yaitu 2,35%.
“Kami memandang bahwa dengan kebijakan makroprudensial yang longgar dan disertai dengan likuiditas yang masih memadai, pertumbuhan kredit masih akan tetap kuat dan mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia meski di tengah berbagai tantangan di sepanjang tahun 2024 ini,” terang Rully.
Namun, Rully juga mengidentifikasi risiko yang harus diatasi ke depan untuk menjaga stabilitas sektor keuangan. Dia menyoroti kehati-hatian perbankan dalam penyaluran kredit, terutama setelah berakhirnya kebijakan stimulus restrukturisasi kredit perbankan terkait COVID-19 pada 31 Maret 2024. Saat ini, Loan at Risk (LaR) perbankan masih cukup tinggi, mencapai 11,56% per Februari 2024.
Selain itu, dia mengamati bahwa kondisi ekonomi Indonesia masih dihadapkan pada banyak tantangan, termasuk tingginya tekanan terhadap nilai tukar Rupiah. Pergerakan Rupiah dalam jangka menengah dipengaruhi oleh isu global, terutama oleh kebijakan suku bunga the Fed yang berdampak pada volatilitas pasar global. Sentimen global ini, bersama dengan aliran modal asing keluar dari Indonesia, menyulitkan Bank Indonesia untuk melakukan pelonggaran kebijakan moneter dalam waktu dekat.
Acara Media Day: April by Mirae Asset Sekuritas juga dihadiri oleh Head of Fund Services Mirae Asset, Francisca Gerungan.