Rabu, Oktober 16, 2024
25.2 C
Jakarta

Lepas 25% Saham ke Publik, Pertamina Geothermal Energy Bidik Dana Rp9,78 Triliun

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Pertamina Geothermal Energy  (PGE) siap melepas sebanyak-banyaknya 10,350 miliar saham biasa atas nama kepada publik melalui mekanisme penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO). Itu mencapai 25% dari modal ditempatkan dan disetor penuh Perseroan setelah IPO saham.

Salah satu perusahaan panas bumi terbesar di Indonesia dan global dalam hal kapasitas terpasang tersebut, menawarkan harga berkisar antara Rp820 – Rp945 per unit. Dari IPO saham ini, PGE menargetkan perolehan dana hingga Rp9,78 triliun.

Adapun tujuan penggunaan dana hasil IPO saham ini antara lain adalah A untuk kebutuhan belanja modal atau capital expenditure (capex) dan pembayaran sebagian fasilitas pinjaman. Anak usaha PT Pertamina (Persero) tersebut juga mengalokasikan sekitar 1,50% atau sebanyak-banyaknya 630.398.000 saham dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah penawaran umum untuk Program Opsi Pembelian Saham kepada Manajemen dan Karyawan (MESOP). Kebijakan ini sesuai dengan keputusan pemegang saham secara sirkuler pada tanggal 27 Januari 2022.

PGE akan melaksanakan Masa Penawaran Awal (Book Building) pada tanggal 1-9 Februari 2023. Surat Pernyataan Efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) diharapkan dapat diperoleh pada tanggal 16 Februari 2023. Dengan demikian, masa penawaran umum perdana saham PGE bisa diselenggarakan pada tanggal 20 Februari 2023 hingga tanggal 22 Februari 2023. Pencatatan saham perdana di papan utama Bursa Efek Indonesia (BEI) akan dilakukan pada tanggal 24 Februari 2023.

Untuk memuluskan jalannya aksi korporasi ini, PGE menunjuk PT Mandiri Sekuritas, PT CLSA Sekuritas Indonesia, dan PT Credit Suisse Sekuritas Indonesia sebagai penjamin pelaksana emisi efek. Sementara itu, CLSA, Credit Suisse, dan HSBC dipercaya menjadi international selling agents.

Direktur Utama Pertamina Geothermal Energy Ahmad Yuniarto menjelaskan, PGE memiliki prospek yang solid . Perseroan didukung oleh basis cadangan dan sumber daya yang besar. Ahmad mengatakan, PGE memiliki peran yang besar baik bagi Pertamina maupun Indonesia.

Untuk diketahui, PGE saat ini mengelola 13 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP). Itu tersebar di 6 area dengan kapasitas terpasang 672 MW dan  dioperasikan sendiri. Selain itu, sebanyak 1.205 MW dikelola melalui Kontrak Operasi Bersama (Joint Operation Contract/JOC).

Kapasitas terpasang panas bumi di wilayah kerja PGE berkontribusi sebesar 82% terhadap total kapasitas terpasang panas bumi di Indonesia. Adapun potensi emission avoidance CO2 sekitar 9,7 juta ton CO2 per tahun. Pemanfaatan yang dilakukan oleh PGE dari energi geothermal telah berhasil membuat 2.085.000 rumah di Indonesia teraliri listrik. PGE juga berambisi meningkatkan basis kapasitas terpasangnya dari 672 MW saat ini menjadi 1.272 MW pada tahun 2027. Langkah ini sejalan dengan misi menjadi perusahaan energi ramah lingkungan terkemuka.

“PGE memiliki rekam jejak pengembangan panas bumi dan pembangkit listrik yang solid dan terbukti,” jelas Ahmad kepada media di Jakarta, Rabu (01/2/2023).

PGE membukukan pendapatan mencapai US$287 juta hingga akhir kuartal III/2022 atau tumbuh 3,9% year-on-year (yoy). Dalam 3 tahun terakhir yakni rentang 2019 — 2021, PGE berhasil mencatat rapor pertumbuhan pendapatan yang positif. Pada 2019, PGE mampu mencetak pendapatan US$328 juta. Kemudian US$354 juta pada 2020 dan US$369 juta pada 2021. Sejalan dengan pertumbuhan pendapatan, PGE membukukan kenaikan laba bersih signifikan 67,8% secara tahunan menjadi US$111 juta pada September 2022. Net profit margin (NPM) juga melesat dari 24% pada kuartal III/2021 menjadi 38,8% per akhir kuartal III/2022.

Kinerja solid PGE didukung kesepakatan kontrak jangka panjang atau rata-rata di atas 20 tahun dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN sebagai offtaker tunggal. Posisi ini sekaligus memastikan perolehan arus kas yang dapat diprediksi.

“PGE memiliki hubungan yang baik dan luas dengan PLN dan secara historis mampu menegosiasikan ulang tarif kontraktual yang ada dengan PLN,” jelas Ahmad.

Rekam jejak keuangan yang solid menjadi modal PGE untuk menangkap peluang industri panas bumi ke depan. Wood Mackenzie memperkirakan tambahan hingga 3,4 GW kapasitas geothermal dalam satu dekade ke depan.

Ahmad menambahkan komitmen besar PGE yang melekat kepada ESG juga sejalan dengan agenda dekarbonisasi nasional. Pemerintah Indonesia telah menerbitkan peta jalan untuk mencapai net zero emission (NZE) pada 2060. Dukungan besar terhadap PGE juga datang dari pemerintah lewat Kementerian Badan Usaha Milik Negara. Menteri BUMN Erick Thohir sebelumnya juga telah menyinggung potensi besar geothermal di Indonesia yang mencapai 24 GW apabila dikonversi menjadi listrik. Erick menyebut dukungan terhadap PGE juga bertujuan menciptakan listrik ramah lingkungan dengan harga kompetitif. Keberadaan energi panas bumi diharapkan juga tidak akan menambah beban pemerintah untuk biaya produksi listrik.

Artikel Terkait

Agresif Belanja Saham, Bos Prima Globalindo Logistik Kuasai 52,65% Saham

STOCKWATCH.ID (JAKARTA)- Darmawan Suryadi SM, Direktur Utama PT Prima...

BEI Suspensi Perdagangan Saham PP Properti. Ternyata Ini Penyebabnya?

STOCKWATCH.ID (JAKARTA)- Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sementara (suspensi)...

Naik 0,58%, IHSG Sesi I di 7.603,861

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Anda tidak dapat copy content di situs ini